Saturday, September 27, 2014

Kunjungan Ke Bantaoyao Craft Studio Dan National Museum Of Taiwan History


Jam 7:30 pagi (27/9/2014), mahasiswa internasional di Kaohsiung University Of Applied Sciences sudah berkumpul di gedung depan kampus. Matahari masih belum tinggi dari ufuk timur, namun pancaran sinarnya sudah mampu menyengat kulitku di pagi ini. Masih panas di Taiwan, padahal matahari sudah berada di selatan khatulistiwa, namun energinya yang besar sudah mampu menunda datangnya musim dingin di Taiwan tahun ini.

Dari wajah dan bahasa yang dipergunakan, kelihatannya hanya anak Vietnam dan Indonesia saja yang mengikuti rihlah hari ini. Sebelumnya padahal banyak anak India yang ikut nimbrung di acara tur gratis ini. Aku tidak tahu kenapa mereka tidak ada yang ikut satupun.

Cuma bagi saya anak Indonesia, darmawisata kali ini agak sedikit berbeda. Kalau dulu kami hanya berempat mengisi sela-sela antara kerumunan anak Vietnam dan India. Namun kali ini mahasiswa Indonesia sudah mencapai hampir 20 orang setelah kedatangan mahasiswa baru beberapa minggu yang lalu.

Pelancongan gratis ini selalu diadakan oleh International Office kampus untuk memperkenalkan budaya dan kerajinan khas Taiwan kepada para pendatang. Kegiatan ini mereka beri nama Business Trip. Setiap semester paling tidak mereka mengajak kami jalan-jalan sebanyak dua kali, dan ini adalah yang pertama untuk semester ini. Kali ini tempat yang akan dikunjungi adalah Bantaoyao Craft Studio dan National Museum of Taiwan History.

Bantaoyao Craft Studio merupakan pusat kerajinan tembikar (clay), letaknya di Chiayi. Di studio ini kita bisa melihat segala macam kerajinan tangan dari tembikar yang bisa kita saksikan di ruang pamer. Di samping itu aktifitas pengolahan pun dipertontonkan kepada pengunjung, dengan cara ruangan pamer dan pengrajin hanya disekat dengan kaca. Kita bebas melihat walaupun tidak bisa menyentuh dan bertanya.
Karya seni tembikar di luar Bantaoyao Studio
Kerbau berlapis tembikar
Kursi dengan ornamen tembikar
Pengrajin tembikar sedang menjalankan aksinya
Di awal ketibaan, kami disambut dengan tantangan membuat hiasan dari tembikar. Modelnya sesuka hati namun ukurannya dibatasi sesuai bidang papan tripleks yang diberikan kepada masing-masing kami. Kami dianjurkan untuk membuat ornamen dengan cara menempel lempengan tembikar ke tripleks. Aku memilih pola yang sederhana namun cukup untuk memenuhi kriteria mereka.

Untuk kegiatan ini kami dibekali tripleks seukuran satu setengah kali telapak tangan, lem putih seperti kanji, dan berbagai bentuk lempengan kecil tembikar sebagai bahan utama membuat ornamen tersebut.

Sepuluh menit sudah kelar saya membuatnya. Sambil menunggu teman, saya menyempatkan diri ke ruang pamer dan sebentar menyelinap ke ruang proses bahan baku tembikar. Di ruang pamer saya mengabadikan hampir semua karya seni yang dipampang di dindingnya.

Untuk ruang proses bahan baku saya hanya berdiri di pintu dengan sedikit melongok ke dalam. Tidak ada yang menarik di dalamnya, yang ada hanya mesin seperti kilang padi dan dua orang bapak-bapak yang lalu lalang sedang menjalani tugasnya.

15 menit saya kembali lagi ke tempat semula. sekarang saatnya menyerahkan hasil karyaku tadi ke petugas untuk dipastel. Sehingga hasilnya lebih indah karena seluruh ruang kosong antara lempengan tembikar sudah terisi oleh pastel.

Perlengkapan membuat ornamen dengan tembikar
Hasil karyaku sebelum dipastel
Setelah dipastel














Lokasi pengolahan bahan baku tembikar
Lokasi bahan setengah jadi
Waktu sudah siang, saatnya untuk makan. Kami diajak ke sebuah restoran yang juga masih berada di pekarangan studio itu juga, mungkin restoran tersebut juga masih satu paket dengan studio ini, karena tempatnya yang jauh dari pasar sehingga penyediaan warung makan sangatlah dibutuhkan.

Meja makan, maaf menunya belum sampai.
Setelah makan kemudian pemandu memperkenalkan seluruh kerajinan yang ada di ruang pamer. Saya tidak mengikutinya karena sudah duluan melihatnya tadi, lagipula pemandunya menggunakan bahasa Mandarin, sehingga percuma juga ikut. Waktu sela saya habiskan untuk mengisi baterai hape-ku yang sudah sekarat. Tidak lama berselang acara di studio kerajinan tembikar itupun usai. Kami bergegas ke bus untuk melanjutkan perjalanan.

Sekarang kami menuju ke Tainan untuk mengunjungi Museum sejarah Taiwan. Lumayan lama juga ternyata dari Chiayi ke Tainan, mungkin sampai satu jam. Saya sempat terlelap sejurus segera setelah bus meninggalkan Chiayi dan terbangun lagi ketika bus keluar dari jalan tol menyusuri jalan kota di Tainan.

Sekarang kami sudah tiba di lokasi museum itu. Cuaca sangat panas, serasa malas keluar dari bus. Jangankan berlama-lama di ruang terbuka, untuk berfoto bareng saja hampir hampir saya tidak mampu untuk bertahan. I..e..san... jepret....! semua mahasiswa pun kabur menuju museum setelah foto bareng itu.

Sebelum memasuki museum terlebih dahulu kami dikelompokkan menjadi dua regu. Regu yang mampu berbahasa Mandarin dan yang tidak. Hal ini karena mahasiswa yang tidak mampu berbahasa Mandarin akan diberikan walkman narasi dalam bahasa Inggris. Melalui narasi itu tahap demi tahap tentang museum akan diceritakan.

Di dalam museum ini berisi banyak patung-patung dan foto-foto yang menguraikan sejarah Taiwan serta semuanya diberi keterangan dalam bahasa Mandarin dan Inggris. Tulisan-tulisan singkat tentang sejarah Taiwan juga disajikan pada hamparan papan yang memanjang. Tidak hanya itu, LCD proyektor juga disediakan disetiap sudut untuk menyajikan film-film dokumenter Taiwan tempo dulu.

Jika mau membaca dan melihat habis setiap informasi yang disajikan pada masing-masing stan maka tidak akan cukup waktu.Kami hanya diberi waktu satu an setengah. Oleh karena itu, saya banyak menghabiskan waktu dengan mengabadikan gambar-gambar dan patung- patung yang ada. Jam 16:30 kami keluar museum dan berangkat pulang ke kampus.
Bangunan Museum

Antrian di pintu masuk

Aku dan patung-patung



Inilah akhir dari perjalanan business trip kali ini, perjalanan yang melelahkan namun menyenangkan.

No comments:

Post a Comment