Industri yang kami kunjungi adalah Ping Huang Cafe Tourism Factory; yaitu pabrik pengolahan kopi yang yang dibuat sekaligus sebagai tempat wisata. Sehingga mereka menyediakan pemandu yang akan menjelaskan kepada kami sejarah ditemukan kopi ini, cara pengolahannya, serta bagaimana caranya kita menyajikannya. Ping Huang Cafe Tourism Factory terletak di kota Taibao, Chiayi, Taiwan.
Ping Huang Cafe |
Sebagai tempat wisata maka pabrik ini memang dibuat seperti museum; yaitu museum pengolahan kopi. Oleh karena itu, di dalamnya kita bisa melihat alat-alat kuno untuk mengolah kopi termasuk perlengkapan saji seperti penyeduh.
Saya melihat kemarin museum ini lumayan banyak disesaki oleh pengunjung. Walaupun tidak banyak dikunjungi oleh turis mancanegara, namun tempat ini tetap tak ada sepinya dari pengunjung pribumi; yaitu orang Taiwan sendiri.
Alat menyeduh kopi |
Selain perlengkapan pengolahan dan penyajian, di dalamnya juga ada berbagai macam poster yang akan memberi informasi kepada kita tentang seluk-beluk kopi dan asalnya dari berbagai tempat di dunia, temasuk Sumatra.
Namun sayang, semua tulisannya dalam karakter Mandarin. Sudah pastilah aku dan sebagian besar teman lain tidak mengerti. Istimewa lagi pemandu yang ditugaskan untuk mendampingi kami juga menjelaskannya dalam bahasa Mandarin. Sehingga banyak dari kami malah keluyuran kemana-mana melihat sendiri gambar-gambar yang ada di poster yang ditempelkan di ruangan itu. Hanya beberapa orang saja yang mendengar penjelasan pemandu; yaitu mahasiswa-mahasiswa yang mengerti bahasa Mandarin.
Percuma didengar kalau tidak mengerti, lebih baik keliling ruangan dan melihat sendiri foto-foto yang banyak bertempelan di dinding. Dengan melihat gambar-gambar di poster itu minimal kita bisa tahu apa maksudnya walaupun tidak tepat betul.
Pemandu sedang menjelaskan struktur biji kopi[/caption] |
Tidak hanya teori, di museum ini kami juga diajari bagaimana cara menyeduh kopi khas Taiwan ini. Maka kami masing-masing diberikan beberapa perlengkapan penyeduh kopi berupa: teko kecil yang mirip lampu wasiat Aladin, wadah penampungan, penyaring yang tebuat dari kertas, sendok takar, dan gelas plastik untuk wadah air kopi jika sudah kita seduh.
Alat penyeduh kopi[/caption] |
Sebelum kami menyeduh kopi dengan alat yang tersedia, terlebih duhulu kami diajari bagaimana caranya melakukannya agar hasilnya menjadi maksimal sesuai rasa dengan rancangan racikan penumunya. Penjelasan dilakukan dengan cara mempraktekkan langsung di depan ruangan oleh pemandu dan disaksikan oleh kami semua. Setelah itu baru kami melakukannya sendiri.
Karena kopi yang diberikan masih berupa biji kopi murni utuh yang belum digiling, maka kami harus menggulingnya duhulu dengan alat penggiling yang telah disediakan. Kami terpaksa harus mengantri karena hanya beberapa yang disediakan.
Karena kopi yang diberikan masih berupa biji kopi murni utuh yang belum digiling, maka kami harus menggulingnya duhulu dengan alat penggiling yang telah disediakan. Kami terpaksa harus mengantri karena hanya beberapa yang disediakan.
Alat penggiling kopi |
Setelah selesai digiling kemudian serbuk kopi itu kami masukkan ke dalam bagian atas penyeduh yang sudah dipasang penyaring itu dan kami menyeduhnya dengan air panas secara pelan-pelan. Air kopi akan tertampung ke bawah dan kemudian kami tuangkan ke gelas untuk diminum.
Saya tidak suka kopi, sehingga waktu saya coba minum sedikit bukan main pahit rasanya dan aku tidak mau mencobanya lagi. Namun teman-teman yang suka kopi mereka bisa menghabiskannya walaupun kening mereka agak sedikit mengkerut karena memang rasanya pahit sekali. Saya angkat tanganlah, karena tidak suka kopi, apalagi tidak dikasih gula seperti itu.
Tempat ini bukan hanya museum, namun lebih dari itu jika kita telah jatuh cinta dengan rasa kopi yang sudah diperkenalkan tadi, maka kita dapat membelinya di bagian pemasaran. Kita dapat memilih sendiri di etalase-etalasi akan jenis-jenis olahan kopi yang telah dikemas dengan menarik. Karena tidak suka kopi, maka saya tidak membeli apapun di situ. Namun bagi penikmat kopi, tempat ini mungkin sebagai surganya dan pasti akan dibelinya.
Sebelum kami pulang kami diberikan sedikit oleh-oleh berupa kopi, katung kecil polos untuk wadah serbuk kopi. Mereka sengaja memberi kantung yang masih polos karena mereka ingin kita menggambarkan sesuatu di kantung tersebut, maka pensil berwarna pun disediakan. Kopi yang diberikan masih berupa bijian sehingga kita harus menggilingnya pula seperti yang telah lalu.
Perlengkapan oleh-oleh sebelum pulang |
Untuk gambar di kantung kita bisa juga menggambarnya dengan pola sendiri maupun mengambil pola yang telah disediakan oleh mereka; berupa stempel dengan gambar binatang dan ada juga bentuk lain. Di antara kami ada yang menggunakan cap itu dan ada pula menggambarnya dengan pola karya sendiri.
Mengcapkan pola ke kantung kopi sebelum diwarnai[/caption] |
Kami tidak begitu lama di situ, hanya sekitar satu setengah jam. Karena kami harus melanjutkan penjalanan lagi ke sebuah tempat rekreasi pintai untuk mencoba mencicipi beberapa masakan laut, terutama kerang. Dan sekaligus menikmati panorama alam di negeri Formosa ini.
Untuk melihat foto-foto yang lain di Ping Huang Cafe silakan klik di sini
Untuk melihat foto-foto yang lain di Ping Huang Cafe silakan klik di sini
[…] di Taiwan Aku sudah mengunjungi dua tepat penjualan ikan. Satunya ketika sedang berkunjung ke Ping Hua Cafe, dan yang kedua adalah pasar ikan ini. Dua-duanya sama-sama menarik dan menggugah […]
ReplyDelete