Tentu bukan hanya saya yang begitu, saya melihat seluruh mahasiswa Taiwan juga demikian. Mereka juga tidak pernah lekang dengan jinjingan botol minuman kemanapun mereka pergi.
Maka jangan heran kalau kita masuk ke ruang kuliah, di hadapan mahasiswa-mahasiswa mesti ada botol air minum. Mereka meminum air itu seteguk demi seteguk sambil mengikuti matakuliah.
Terus dosen bagaimana ? Dosen juga demikian. Dia juga sering minum air putih sedikit-sedikit sembari menjelaskan matakuliah. Sehingga fenomena semacam itu adalah hal yang biasa di sini.
Untungnya, di kampus tempat saya kuliah ini disediakan air putih secara gratis. Di setiap lantai gedung di pasang dispenser. Sehingga kita bisa mengambi air putih setiap saat kita butuhkan. Mau air hangat, dingin, panas, kita tinggal pencet.
Dispenser yang saya maksud ini bukan dispenser yang sering kita gunakan untuk galon air aqua itu, melainkan dispenser yang airnya tidak tahu disuplai lewat mana. Mungkin saja air dipasok dari satu tempat terpusat melalui jaringan perpipaan air minum ke setiap dispenser.
Salah satu dispenser di asrama kampus saya |
Kalau benar demikian, berarti setiap bangunan di kampus kami memiliki tiga jaringan perpipaan: Pipa air minum, pipa air bersih, dan pipa air kotor. Saya yakin demikian, karena intuisi teknik saya menyatakan demikian.
Ok. Kita tinggalkan saja masalah teknik yang tidak enak di dengar itu. Sekarang yang penting adalah saya mendapat air minum gratis. Ini penting. Coba bayangkan pengeluaran saya jika tidak ada air gratis ini.
Saya rata-rata minum air dua botol aqua ukuran sedang setiap pagi. Satu botol segera setelah bangun tidur dan satu botol lagi setelah mandi pagi. Satu botol air aqua berharga 12 NTD sehingga jumlahnya 24 NTD. Itu untuk pagi saja.
Namun ketika beraktifitas saya juga membawa botol air kemana-mana. Biasanya saya menghabiskan rata-rata dua botol lagi, berarti 24 NTD (lagi). Itu adalah jumlah minimal loh. Bisa saja ketika saya banyak beraktifitas di luar saya akan minum lebih banyak lagi.
Jadi minimal saya menghabiskan uang untuk air minum saja sebesar 48 NTD per hari. Sehingga per bulan sebesar 1.488 NTD. Dan satu semester sebesar 8.928 NTD. Jumlah 8.928 NTD ini kalau kita konversikan ke rupiah maka sekitar Rp. 3.510.483, untuk kurs hari ini (11/6/2014).
Itu hitungan minimal. Saya saja kadang-kadang bisa menghabiskan air minum lebih dari itu, karena memang saya minum banyak air ketika berada di Taiwan. Bisa terjadi kita menghabiskan sampai 5 Juta rupiah per semester hanya untuk air minum.
Namun janganlah takut. Bukan hanya kampus saya, kampus yang lain juga demikian. Hampir setiap bangunan di Taiwan menyediakan dispenser air minum gratis, Jadi kita hanya perlu botolnya saja. Tinggal disisi.
Dispenser tadi itu hanya diperuntukkan untuk botol-botol minuman kecil saja. Terlihat dari bentuk desainnya. Jadi tidak untuk pengambilan air dengan jumlah besar. Maksimal untuk botol aqua ukuran yang paling besar, bukan galon.
Kalau untuk galon tidaklah enak mengambil di situ karena memang tidak pernah saya melihat ada orang yang melakukannya. Mungkin kalau malam-malam pas lagi sepi bisa kali ya ?. Oh !, ada CCTV !
Sebenarnya tidak ada larangan khusus untuk mengambil air dalam jumlah banyak. Cuma tidak enak saja dilihat sama orang. Lagipula untuk apa mengambil banyak-banyak. Kan nanti kalau habis bisa ambil lagi.
Namun kalau kita menginginkan dalam jumlah besar, misalnya satu jirigen, kita bisa membelinya di tempat pembelian air minum. Sama seperti di daerah kita, di Taiwan ini banyak juga penjual air minum bertebaran di setiap jalan kota.
Bedanya kalau di Taiwan kita membelinya melalui mesin otomatis. Tinggal masukkan koin ke mesinnya dan air bisa kita kucurkan sendiri ke jirigen. Bentuk mesin air ini hampir sama seperti pompa bensin di SPBU, tetapi bentuknya dibuat lucu-lucu. Biasanya berbentuk seperti robot.
Harganya saya lihat di situ sebesar 20 NTD untuk 20 Liter, atau mudahnya 1 NTD/liter. Penulisan harganya terlihat aneh ya ?. Kenapa mesti besaran angka 20. Tidak tahu juga sih. Padahalkan lebih gampang 1 NTD/Liter. Tapi mereka malah menulis 20 liter 20 NTD.
Salah satu tempat membeli air minum di Jalan Jheng Jhong, dekat kampus saya. Bentuknya asyik ya? |
Kebiasaan membawa botol air minum ini mungkin tidak terlihat di kampus kita di Indonesia. Kita memang tidak terlalu sering minum, apalagi harus membawa-bawa botol kemana-kemana. Bukan karena malas minum, melainkan udara di tempat kita memang tidak membuat tenggorokan cepat kering.
Sekian rekan-rekan laporan saya dari Kaohsiung Taiwan. Semoga bermanfaat.
Sekian rekan-rekan laporan saya dari Kaohsiung Taiwan. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment