Ya, entah apa sebabnya, di Taiwan ini saya lebih cepat haus dan tenggorokan pun terasa cepat kering. Sehingga kemana pun saya pergi selalu membawa botol air. Botol air menjadi benda wajib untuk terus dibawa di Taiwan.
Tentu bukan saya saja, semua orang di sini juga begitu. Botol air menjadi asesoris yang selalu kita lihat bergelantungan di tangan-tangan mahasiswa dan orang-orang Taiwan.
Karena sangat butuh dengan air minum, maka di setiap lantai baik di asrama, kantor, maupun kampus mereka menyediakan dispenser air gratis. Air panas, hangat, dan dingin dengan bebas dapat kita ambil secara cuma-cuma.
Tidak ketinggalan, di stasiun MRT dan ruang tunggu di bandara mereka juga menyediakan dispenser air gratis juga. Jadi, yang kita butuhkan hanyalah botol air. Sementara air dapat kita peroleh dengan gratis.
Selama dua tahun di Taiwan, paling tidak saya sudah gonta-ganti botol air sebanyak enam kali. Botol pertama bertutup merah jambu dilengkapi dengan sedotan. Lama juga saya menggunakan botol ini, hampir satu semester lebih. Saya berhenti menggunakan botol ini setelah sakit pada awal semester kedua.
Entah kenapa sebabnya di awal semseter kedua saya jijik ketika minum air termasuk dari botol tersebut. Dan selalu ingin muntah ketika mencium aroma air. Ternyata sebabnya saya ketahui sebulan kemudian: istri saya telah hamil. Istriku tak pernah mual-mual ketika hamil, yang mau muntah-muntah justru saya.
Botol yang kedua, botol ini berbahan sangat bening, seperti gelas saja, tapi plastik. Tutupnya berwarna merah jambu pula. Tanpa sedotan, bentuknya hanya seperti gelas besar kecuali dengan tutup ulirnya. Botol baru ini tamat riwayatnya karena terjatuh di aspal ketika sedang bersepeda menuju masjid Kaohsiung untuk shalat Jumat.
Botol ketiga, botolnya sama persis dengan botol kedua. Namun tutupnya berwarna ungu. Sama halnya dengan botol air yang lain, saya selalu membawa botol air kemana pun saya pergi, termasuk ketika mudik ke kampung.
Botol itu dapat jatah mudik ke Aceh ketika saya pulang untuk menemani istri melahirkan di pertengahan semester tiga. Sayangnya, botol tersebut terlihat sangat indah di mata istri saya. Ketika mau balik lagi ke Taiwan, istriku minta agar botol tersebut jangan dibawa lagi ke Taiwan. dia suka, katanya.
Sebagai gantinya saya diberikan botol lain yang berukuran lumayan besar dengan tutupnya yang memiliki gagang, sehingga mudah menjinjingnya. Jadi, ini adalah botol yang keempat. Selama dua bulan saya menggunakannya sampai akhirnya botol ini pecah tutupnya karena jatuh menghantam lantai kampus. Saya tidak membeli botol baru untuk sementara waktu setelah kejadian itu.
Namun kebutuhan akan botol tetap saja. Sehingga saya menggunakan kembali botol pertama dulu yang sudah sekian lama pensiun. Saya membersihkannya dan menggunakannya sampai akhirnya hilang pada acara Festival Budaya Internasional di NKUAS yang berlangsung dari 19 sampai 22 Mei 2015 yang lalu.
Kemudian botol kelima, ini botol sumbangan dari teman sekamar di asrama. Botol ini adalah asesoris dari kampus kami, sehingga ada tulisan "National Kaohsiung University of Applied Sciences" di badannya.
Tapi sayang, botol gratis ini besar kekurangannya, tutupnya tidak bagus. Ada lubang kecil yang tetap menyisakan celah ketika aku menutupnya. Sehingga air bisa keluar dari situ. Saya tidak suka botol air gratis itu. Akhirnya saya membeli lagi botol baru yang sama persis seperti botol yang disukai oleh istri saya dulu, dan ini adalah botol yang keenam.
Mudah-mudahan tidak hilang dan pecah lagi. Biarlah cukup enam botol saja sampai aku lulus S3 di negara kecil ini, Taiwan.
Botol air asesoris kampus dan botol yang baru saya belikan kemarin |
Saya dengan botol pertama yang sekarang sudah tak kuketahui rimbanya |
Salah satu dispenser air minum gratis di Asrama NKUAS |
No comments:
Post a Comment