Parahnya, di Indonesia, orang yang masih merasa risi dengan kloset duduk pasti akan dianggap kampungan dan ketinggalan zaman. Karena memang di dalam fasilitas umum di kota-kota besar di Indonesia, yang merupakan sarang orang-orang pintar, semua kamar kecilnya tidak menyediakan kloset jongkok. Seperti di bandara, mall, hotel, dan stasiun kereta api eksekutif misalnya.
Tapi kondisi semacam itu tidak terjadi di Taiwan. Di Taiwan, kloset jongkoklah yang mudah kita temukan. Sementara kloset duduk tidak menjadi favorit di negara formosa ini. Di asrama kami contohnya, tidak satu pun kloset duduk yang tersedia.
Tetapi untuk tiolet kampus, kloset duduk tetap disediakan, hanya biasanya cuma satu di antara sederetan kloset jongkok. Sementara dalam fasilitas umum seperti bandara, stasiun MRT, stasiun kereta api, dan mall, biasanya mereka menyediakan kedua-duanya: kloset duduk dan jongkok. Kita bisa memilih yang mana kita sukai. Seperti yang ada di mall Carrefour yang tidak jauh dari kampus saya, mereka menyediakan dua-dunya dalam jumlah yang sama.
Sangat berbeda dengan di Indonesia, ya? Dalam fasilitas umum kita benar-benar dipaksakan untuk menggunakan kloset duduk. Padahal tidak semua orang menyukainya dengan berbagai alasan: bisa alasan kesehatan, jijik, dan risi karena tak terbiasa. Seharusnya kloset jongkok juga harus disediakan agar semua orang mempunyai pilihan.
Alasan saya tidak menyukai kloset duduk adalah jijik, kalau alasan kesehatan saya belum tahu mana yang baik, walaupun ada desas-desus yang menyatakan bahwa buang air besar dalam posisi duduk tidak baik bagi kesehatan, karena saluran pembuangan menjadi terjepit. Tapi entahlah, mungkin saja itu benar. Namun yang jelas, saya memang jijik untuk duduk di atas kloset yang telah ditempeli dengan berbagai macam jenis kulit dari pantat orang lain, yang mungkin saja memiliki penyakit menular.
Cuma di Taiwan ada kurangnya juga, kamar kecil di sini ini tidak menyediakan air untuk mencebok sebagaimana kebiasaan orang kita di Indonesia. Untuk hal itu kita harus menggunakan tisu. Di sini yang disediakan hanya wastafel untuk mencuci tangan setelah buang air besar atau kecil.
Untuk mensiasati itu saya punya trik sendiri. Saya selalu membawa botol minuman (seukuran dua kali botol aqua sedang) ketika mau ke toilet. Setelah buang air besar usai, pertama-tama saya bersihkan dengan tisu, kemudian saya lanjutkan dengan air. Dan, hasilnya juga bersih walaupun hanya dengan sebotol air, karena memang pembersihan berat sudah diselesaikan dengan tisu tadi.
No comments:
Post a Comment