Pagi ini aku keluar asrama sebagai mana biasanya, Saya mandi sekitar jam 10 dan shalat Dhuha. Tepat jam 11 saya keluar asrama. Hari Minggu biasanya saya tetap di laboratorium untuk belajar, tapi hari minggu ini saya langsung keluar menuju TPS untuk memberi suara kepada wakil pilihan saya.
Sebelum berangkat ke TPS saya bergegas menuju laboratorium untuk mengunduh surat undangan pemungutan suara. Namun ketika sedang mengeprin undangan tiba-tiba teman saya, Wawan, yang di kampus lain menelpon.
"Pak Usman. Ga ke tempat pemilihan", tanya Wawan.
"Ini aku lagi mengeprin undangan dulu di Lab, selesai prin langsung berangkat", jawabku penuh semangat, "Tapi aku dapatnya di TPS Toko Pak Zainal loh, bukan di Masjid".
"Lah. yang di Masjid juga Toko Pak Zainal loh", ujar Wawan. "O yaya... ", jawabku sambil mengakhiri percakapan.
Dari awal saya tidak kepikiran untuk datang ke TPS yang di Masjid Kaohsiung, karena saya telah membaca pengumuman di PPLN bahwa saya dapat TPS Toko Zainal. Saya langsung berpikir bahwa itu adalah Toko Pak Zainal di sekitar Kaohsiung Main Station.
Merasa tidak yakin, Saya bergegas menghubungi Mbak Aling yang di Warung Indonesia, warung ini digunakan sebagai TPS di Masjid Kaohsiung.
"Mbak Aling. Di situ TPS berapa ya?", tanyaku.
"Disini TPS 2", jawab Mbak Aling. Mungkin maksud Mbak Aling ini adalah Kaohsiung 2, karena di situ adalah TPS 28 (Kaohsiung 2).
"Saya dapatnya di TPS Toko Zainal Mbak..!", jawabku sambil membacakan alamat yang tertera pada undangan.
Dia tidak tahu alamat yang saya bacakan, dan sayapun tahu itu bukan alamat TPS 28 (Kaohsiung 2) karena TPS yang bertempat di Masjid Kaohsiung tersebut berada di jalan Jianjiun. dan Toko Pak Zainal dan Toko Bali berada dekat Kaohsiung Main Station di jalan Nan Hua. Sedangkan alamat Toko Zainal pada undangan saya terletak di jalan Gang Jio, Zi Guan District.
Percakapan kami di telpon berakhir tanpa kesimpulan. Sampai saat itu saya masih tetap ingin menuju ke Toko Zainal di Main Station. Belum lama berselang setelahnya Mbak Aling balik menelpon saya.
"Usman. Kata mbak Sari itu gedung TPS-nya di Waliyao loh", kata Mbak Aling.
"Hah...! Toko Zainal yang di Waliyao..?, Itu jauh sekali Mbak", jawabku
Tahu bahwa saya dapat TPS yang di Waliyao saya langsung menghubungi Wawan, teman saya. Saya menceritakan kepadanya bahwa kami dapat TPS yang di Waliyaou. Karena jauh kami pun memutuskan untuk tidak pergi ke Waliyao, namun pergi saja ke TPS di Masjid Kaohsiung. Siapa tahu bisa memberikan suara di situ.
Tahu bahwa saya dapat TPS yang di Waliyao saya langsung menghubungi Wawan, teman saya. Saya menceritakan kepadanya bahwa kami dapat TPS yang di Waliyaou. Karena jauh kami pun memutuskan untuk tidak pergi ke Waliyao, namun pergi saja ke TPS di Masjid Kaohsiung. Siapa tahu bisa memberikan suara di situ.
Perlu diketahui bahwa ada tiga TPS di Kaohsiung, duanya lagi adalah TPS 27 (Kaohsiung 1) yang bertempat di Toko Bali dekat Kaohsiung Main Station dan TPS 29 (Kaohsiung 3) Yang berlokasi di Toko Pak Zainal di Waliyao. TPS 27 dan 28 lumayan dekat dengan kampus saya. Saya hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan sepeda untuk sampai ke dua tempat itu. Sedangkan yang di Waliyao berjarak sekitar 25 km dari kampus saya. Suatu jarak yang tidak dekat untuk seorang WNI yang tidak begitu tahu jalan. :-(
Setelah mencetak undangan saya bergegas menuju ke TPS Masjid Kaohsiung. Sesampainya di sana saya masuk langsung ke TPS. Saat itu TPSnya masih sepi. Saya langsung bertemu dengan petugas TPS. Setelah nama saya dicek, mereka bilang saya tidak dapat memilih di TPS ini, Saya harus ke Waliyao.
"Bapak tidak bisa milih di TPS ini, karena Bapak terdaftarnya di TPS lain", kata mereka menjelaskan.
"Waliyao jauh sekali Mas", ujar saya, "alamat saya di sekitar sini, kenapa saya dikasih TPS yang sangat jauh.?".
"Kita mengambil alamat yang di imigrasi Taiwan Pak", jawab mereka membela diri.
"Imigrasi mana.. kalau diambil dari imigrasi justru saya ga akan dapat ke Waliyao", jawabku sambil menunjukkan kartu ARC saya. Di ARC saya sangat jelas tercantum alamat saya adalah jalan Jiangong, tidak jauh dari Masjid Kaohsiung.
Saya sempat kesal dibuatnya. Tapi Saya cepat-cepat keluar untuk mencari solusi, karena saya lihat tidak ada solusi pada mereka.
Jalannya hanya satu, saya harus ke Waliyao. Tetapi saya tidak tahu jalan ke Waliyao. Saya coba hubungi Pak Zainal, siapa tahu dia ke Waliyao dan saya mau numpang ke sana. Tapi sayang, Pal Zainal malah sudah duluan sampai ke sana.
Namun masih beruntung bagi saya dan teman-teman karena Pak Zainal bersedia mengantar kami yang TPSnya kesasar jauh ke pinggir laut itu.
Akhirnya sekitar jam 13:15 waktu Taiwan kami berangkat ke Waliyao bersama Pak Zainal. Kami bertiga: Saya, Wawan, dan Pak Yusuf. Dalam perjalanan ke Waliyao kami isi dengan ngobrol santai sambil berkelakar, pembicaraan berkisar tentang pemilu dan lain sebagainya campur aduk dan diselingi tertawa lebar.
Sesampai di sana saya sadar ternyata tempatnya memang lumayan jauh, bahkan lebih jauh dari yang kubayangkan. Untung saja Pak Zainal mau mengantar, kalau tidak saya terpaksa harus naik bis sendiri ke sana, sudah pasti plus kesasar karena tempatnya lumayan pelosok.
Setelah mencetak undangan saya bergegas menuju ke TPS Masjid Kaohsiung. Sesampainya di sana saya masuk langsung ke TPS. Saat itu TPSnya masih sepi. Saya langsung bertemu dengan petugas TPS. Setelah nama saya dicek, mereka bilang saya tidak dapat memilih di TPS ini, Saya harus ke Waliyao.
"Bapak tidak bisa milih di TPS ini, karena Bapak terdaftarnya di TPS lain", kata mereka menjelaskan.
"Waliyao jauh sekali Mas", ujar saya, "alamat saya di sekitar sini, kenapa saya dikasih TPS yang sangat jauh.?".
"Kita mengambil alamat yang di imigrasi Taiwan Pak", jawab mereka membela diri.
"Imigrasi mana.. kalau diambil dari imigrasi justru saya ga akan dapat ke Waliyao", jawabku sambil menunjukkan kartu ARC saya. Di ARC saya sangat jelas tercantum alamat saya adalah jalan Jiangong, tidak jauh dari Masjid Kaohsiung.
Saya sempat kesal dibuatnya. Tapi Saya cepat-cepat keluar untuk mencari solusi, karena saya lihat tidak ada solusi pada mereka.
Jalannya hanya satu, saya harus ke Waliyao. Tetapi saya tidak tahu jalan ke Waliyao. Saya coba hubungi Pak Zainal, siapa tahu dia ke Waliyao dan saya mau numpang ke sana. Tapi sayang, Pal Zainal malah sudah duluan sampai ke sana.
Namun masih beruntung bagi saya dan teman-teman karena Pak Zainal bersedia mengantar kami yang TPSnya kesasar jauh ke pinggir laut itu.
Akhirnya sekitar jam 13:15 waktu Taiwan kami berangkat ke Waliyao bersama Pak Zainal. Kami bertiga: Saya, Wawan, dan Pak Yusuf. Dalam perjalanan ke Waliyao kami isi dengan ngobrol santai sambil berkelakar, pembicaraan berkisar tentang pemilu dan lain sebagainya campur aduk dan diselingi tertawa lebar.
Sesampai di sana saya sadar ternyata tempatnya memang lumayan jauh, bahkan lebih jauh dari yang kubayangkan. Untung saja Pak Zainal mau mengantar, kalau tidak saya terpaksa harus naik bis sendiri ke sana, sudah pasti plus kesasar karena tempatnya lumayan pelosok.
Kami bergegas mendaftar untuk melakukan pencoblosan pada panitia. Prosesnya berjalan cepat karena tidak ada antrian. Satu persatu teman pekerja juga datang untuk memberikan suaranya. Ada yang diantar oleh majikannya dan ada pula yang datang sendiri ke TPS.
Setelah pemungutan suara di TPS 29 |
Menurut keterangan teman di sana, bukan hanya kami yang dapat TPS yang sangat jauh dari alamat tempat tinggal, yang di Waliyao pun malah dapat yang di Main Staion., Terbalik. Sungguh kasian, teman di Waliyao itu rata-rata bekerja sebagai nelayan. Untuk pergi ke Main Station sungguh sangat merepotkan atau malah mereka tidak bisa pergi karena kesibukan kerja.
Bersama panitia pemungutan suara di Kaohsiung |
Rata-rata WNI di Taiwan sangat antusias untuk mengukuti pemungutan suara, namun dikarenakan oleh tidak tepatnya TPS dengan alamat tempat tinggal membuat banyak WNI tidak bisa ikut. Hal ini diketahui dengan banyaknya WNI yang mencoba memberikan suaranya ke TPS terdekat dan ditolak oleh panitia karena terdaftar di TPS lain yang letaknya sangat jauh.
Suasana tempat pencoblosan di Waliyao |
Sulit kalau mendapat TPS di Waliyao, karena kita harus menggunakan 2 moda transportasi untuk sampai ke sana. Jika kita merangkat dari Main Station atau Masjid Kaohsiung, kita harus naik MRT dan dilanjutkan dengan naik bis. totalnya akan memakan waktu 1 jam atau lebih, itu belum termasuk waktu kesasar yang bisa jadi tidak terbatas. :-D
Panitia sedang menunggu kedatangan pemilih |
Kedepan untuk pemilihan presiden sistemnya harus diperbaiki. Kalau tidak, maka banyak WNI tidak bisa memberikan suaranya dikarenakan kesalahan penentuan TPS. Tidak mudah bagi WNI, yang biasanya tidak begitu mengenal jalan di Kota Kaohsiung, untuk mencari sendiri alamat TPS. Dan asal tahu saja, warga Taiwan juga jarang yang bisa berbahasa Inggris. Akhirnya, kalaupun tetap bersikeras mencari TPS maka akan kesasar tidak tentu arah.
Atau mungkin untuk setiap rayon disiapkan satu bis untuk mengangkut pemilih yang mungkin mendapat TPS yang sangat jauh. Sehingga semua WNI yang berniat untuk memilih dapat memberikan suaranya.
Tidak Sempat Makan, Demi Sampai Ke TPS
Tau ga teman, saya lupa makan gara-gara bermasalah dengan TPS ini. Demi idealisme saya untuk tidak Golput, saya berusaha bagaimana caranya agar saya bisa memilih. Rencana saya mau makan di Warung Indonesia di Masjid Kaohsiung. Saya jarang makan pagi. Jadi rasa lapar di waktu siang sangat terasa. Namun karena kesal, rasa laparpun hilang.
Saya baru merasakan lapar ketika saya sudah berada di mobil dalam perjalanan menuju Waliyao. Perutku terasa perih. Tapi saya tahan sampai kami pulang ke Main station dan saya baru makan di sana jam 15:30 waktu Taiwan. :-(
Tapi saya merasa bahagia, saya bisa memberi suara untuk perbaikan negeriku, Indonesia. Insya Allah yang saya pilih akan amanah untuk mengurus negeriku, Negeri kita semua Amin..
Sampai sekian laporannya, Salam nasionalisme dari Kaohsiung, Taiwan
No comments:
Post a Comment