Dia mengambil beberapa sayur, kuah, dan rendang Padang. Kami makan bersama di ruang karaoke di lantai dua karena di bawah sudah penuh dengan pelanggan lain. Dia mencicipi satu persatu masakan Indonesia pilihannya itu. Sambil melihat ke arah saya dan mengangguk pertanda enak.
Dia bilang, ternyata masakan Indonesia tidak begitu asing di lidahnya. Ini menandakan bahwa masakan Indonesia tidak terlalu beda dengan Vietnam. Memang ketika dia memasak di lab saya melihat bumbu yang dia gunakan sama persis dengan bumbu Indonesia. Cuma saya tidak bisa mencicipi masakannya karena makanan Vietnam rata-rata berbahan dasar daging babi.
Di antara menu-menu yang dia coba, ada satu yang membuat dia sangat terpikat. Itu adalah rendang Padang. "Rasanya enak sekali walaupun warnanya gelap," katanya. Saya tersenyum mendengar itu. Dia menghabiskan semua menu pilihannya itu, bersih dan tak bersisa.
Saya bangga ternyata masakan Nusantara itu enak. Tidak salah kalau rendang Padang pernah tersiar sebagai masakan yang paling nikmat di dunia.
Sungguh mengejutkan saya, beberapa hari setelah saya traktir makan siang itu, dia bilang ke saya, " Usman, hari Minggu ini saya ikut makan di warung Indonesia lagi ya, saya mau makan daging lembu itu (rendang Padang maksudnya).." Saya ketawa bangga seraya menjawab, "Ok, hari Minggu ini kita makan di sana lagi."
Saya memenuhi janji saya untuk mengajak dia hari ini ke warung Indonesia. Dia makan rendang Padang (lagi) hari ini. Tentu dia membayarnya sendiri dan tidak mau ditraktir lagi.
Minh Tai Le sedang menikmati rendang Padang |
Menu warung Indonesia Zainal Abidin pada hari Minggu |
No comments:
Post a Comment