Dikabarkan, pesta budaya ini dirancang agar diikuti oleh mahasiswa dari kampus lain juga. Namun karena sosialisasi yang kurang, maka hanya mahasiswa NKUAS saja yang ambil bagian. Tapi tetap saja meriah walaupun tidak seramai yang diinginkan.
Tenda yang membujur menaungi stan-stan dibuat dalam bentuk huruf "U". Di tengah ada sebuah tenda untuk penonton yang memanjang di depan sebuah pentas seni. Terlihat pengunjung ada yang sedang menonton pentas seni dan ada juga yang sedang mengunjungi stan-stan yang ada satu per satu.
Mulai dari tenda sebelah selatan, sisi paling timur dimulai oleh stan kebudayaan Indonesia kemudian diikuti oleh Amerika, Afrika. Tenda sebelah barat diisi oleh Jepang dan Taiwan. Dan tenda sebelah utara adalah Malaysia, India, dan Vietnam.
Mulai dari tenda sebelah selatan, sisi paling timur dimulai oleh stan kebudayaan Indonesia kemudian diikuti oleh Amerika, Afrika. Tenda sebelah barat diisi oleh Jepang dan Taiwan. Dan tenda sebelah utara adalah Malaysia, India, dan Vietnam.
Di tenda selatan, hanya stan Indonesia dan Amerika yang terlihat semarak dan banyak disambangi oleh para pengunjung yang banyak dari kalangan mahasiswa. Di antara keduanya, maka stan Indonesia lah yang sangat diminati oleh pengunjung.
Mereka sangat menyukai baju adat Indonesia yang berupa batik, kebaya, baju adat Padang dan Jawa. Pakaian adat Padang dengan dominasi warna merahnya benar-benar menarik minat mereka untuk mencoba dan berfoto dengan balutan baju yang bercorak cemerlang itu.
Pak Ari dan Pak Jito bak jadi seorang penata rias pelaminan dalam festival itu. Mereka berdua sibuk melayani pengunjung yang ingin mencoba memakai baju-baju adat Indonesia dan berfoto ria sambil tertawa riang bercampur kagum akan budaya Nusantara.
Di samping itu, stan Indonesia juga melayani beberapa permainan tradisional, diantaranya memasukkan pensil, yang diikat dengan tali dan dikalungkan di pinggang, ke dalam botol aqua. Dan juga lomba memakan kerupuk yang digantung di tali.
Taiwan di musim panas dan berangin sungguh menyulitkan mereka untuk melakukan perlombaan ini. Angin yang kencang menghembus kesana kemari kerupuk dan pensil itu. Bukannya kecewa, situasinya malah menjadi menantang dan menyenangkan.
Stan Amerika, yang berada setelah stan Indonesia, mereka memberi sentuhan yang berbeda. Bukan penampilan tradisional yang ditampilkan, tetapi "hanya" berupa permen-permen yang katanya sangat terkenal di Amerika. Saya mencoba satu macam permen yang terbuat dari coklat.
Untuk perlombaan, Amerika menawarkan satu perlombaan berupa teka-teki pada sebuah kertas yang berisi huru-huruf. Pengikut lomba ditantang untuk mencari kata-kata yang ditentukan dalam kumpulan huruf itu. Saya rasa ini tidak asing lagi buat kita bukan?
Berlanjut ke stan Afrika, saya melihat stan ini agak kosong, tidak terlihat warga khas Afrika yang berkulit hitam di sana. Hanya terlihat student ambassodor yang menjaga stan itu. Tak banyak pengunjung terlihat singgah di stan itu.
Begitu juga stan Jepang dan Taiwan, hari pertama masih terlihat sepi-sepi saja. Di stan Jepang hanya terlihat beberapa alat masak yang belum aktif. Mungkin kegiatan memasak belum dimulai, mengingat festival ini masih berlangsung sampai hari Jumat nanti.
Begitu juga stan Jepang dan Taiwan, hari pertama masih terlihat sepi-sepi saja. Di stan Jepang hanya terlihat beberapa alat masak yang belum aktif. Mungkin kegiatan memasak belum dimulai, mengingat festival ini masih berlangsung sampai hari Jumat nanti.
Selanjutnya stan Malaysia. Nasi lemak dan kari ayam adalah unggulannya. Tentu, sebagai bangsa serumpun, rasa kari ayam dan nasi lemak tidak jauh berbeda rasanya dengan nasi lemak Abang Seuman di pasar Keude Blangjruen, tempat tinggal saya. Cuma ada sedikit cita rasa yang berbeda, hal ini mungkin karena yang mengelola stan masih muda-muda. Sebagian besar mahasiswa yang mengelola stan itu adalah warga Malaysia etnis Tionghoa.
Selanjutnya stan India, stan ini lumayan sepi juga. Aktifitas stan ini tenggelam dengan ingar-bingar stan Vietnam yang ada di sebelahnya.
Memang, jumlah mahasiswa Vietnam menduduki tingkat teratas di NKUAS. Mereka aktif sepertiga saja sudah cukup untuk mengimbangi seluruh mahasiswa Indonesia. Stan Vietnam menawarkan minuman lamonade khas Vietnam. Saya mencobanya, rasanya pahit di akhir. Hanya seteguk yang aku mimum, sisanya saya buang.
Beberapa makanan khas Vietnam berupa kerupuk nangka dan pisang, permen, dan wajik yang sangat lengket ikut ditawarkan secara gratis kepada pengunjung. Sangking lengketnya, sampai-sampai saya harus menggunakan jari telunjuk untuk melepaskannya dari kawat gigi saya. Sulit bagi saya memakan wajik Vietnam ini.
Pada acara pembukaan festival ini, pentas seni tari Bali yang dimainkan oleh teman pekerja Indonesia tak luput dari pujian penonton. Seorang profesor menghampiri saya seraya berkata, "itu tadi memang tarian sangat menarik."
Di pentas itu juga ditampilkan fashion show berbagai busana dari beberapa negara. Selanjutnya, silakan lihat video dan gambar-gambar di bawah ini:
Di pentas itu juga ditampilkan fashion show berbagai busana dari beberapa negara. Selanjutnya, silakan lihat video dan gambar-gambar di bawah ini:
Video kondisi festival
Foto bareng dengan Pak Yusuf dan Pak Fatahul serta dua warga Taiwan dalam balutan baju adat Nusantara |
Gadis Taiwan dengan busana batik dan kebaya |
Fashion show |
Lomba memasukkan pensil ke botol aqua |
Mahasiswa Taiwan sedang berlomba makan kerupuk gantung |
Pertunjukan tari Bali dari rekan pekerja Indonesia |
Pak Jito dan Pak Ari sedang membantu pengunjung untuk berbusana Nusantara |
Pak Ari sedang membantu mahasiswa Taiwan berbusana adat Padang. |
No comments:
Post a Comment