Friday, October 10, 2014

Jumatan Di Hari Lahir Negara Taiwan

Hari ini (10/10) adalah hari libur nasional di Taiwan. Hari yang dikenal dengan sebutan National Day of the Republic of China. Dalam bahasa Mandarin disebut dengan 國慶日(Guóqìng rì). Selain itu disebut juga dengan istilah Double Ten Day (tanggal 10 bulan 10) yang dalam karakter Mandarin ditulis dengan 雙十節 (Shuāng shí jié).

Lain lagi dengan teman-teman Taiwan, mereka menyebutkannya dengan istilah Taiwan Birthday, hari kelahiran Taiwan, bukan hari kemerdekaan Taiwan. Saya beberapa kali mengulang tanya kepada mereka sebagai klarifikasi, " Independence Day, is it right ?". Mereka bingung dan menjawab lagi, "Taiwan Birthday". 

O, ternyata tidak ada istilah hari kemerdekaan pada masyarakat Taiwan, yang ada adalah hari lahir negara mereka. Ini berbeda dengan negara kita. Kita mengenal dengan Hari Kemerdekaan untuk hari awal negara kita terbentuk. Sejarah terbentuknya negara Indonesia dengan Taiwan jelas sangat berbeda. Ditambah lagi dengan perbedaan budaya cara pandang orang Taiwan terhadap peristiwa dalam sejarah mereka. Sehingga sangat bisa dimengerti akan terjadi perbedaan penyebutan terhadap satu kejadian yang sama. Satu menyebutkan hari lahir satunya lagi menyebutkan hari kemerdekaan.

Hari lahir Taiwan tahun ini terasa menarik bagi warga Indonesia, lebih-lebih bagi pekerja yang jauh dari masjid. Mereka bisa ikut serta dalam acara jumatan. Jika bukan hari libur mereka tidak bisa ke masjid karena sangat jauh dan tuntutan jam kerja juga tidak memungkinkan bagi mereka untuk berangkat. Belum ada satu keringanan khusus untuk pekerja muslim pada hari Jumat. Sehingga jika bertepatan dengan hari libur mereka benar-benar bersemangat untuk datang ke masjid.

Oleh karena itu, hari ini mesjid Kaohsiung lumayan penuh. Hanya sepertiga ruang shalat yang tersisa. Sebaliknya kalau bukan hari libur, hanya sepertiga yang terisi. Selebihnya melompong takterisi. Hal ini karena hanya mahasiswa dan pekerja yang dekat dengan mesjid saja yang bisa hadir ditambah dengan beberapa muslim asli Taiwan dan negara-negara asing lain.

Pelaksanaan Jumatan terlihat sangat semarak dan imam pun terlihat energik dalam menyampaikan khutbahnya dalam bahasa Mandarin yang sesekali dicampur dengan bahasa Inggris. Maklum, imam Masjid Kaohsiung ini menguasai beberapa bahasa: Mandarin, Inggris, Urdu, dan Arab. Bahasa Indonesia juga bisa walaupun sedikit; "terimakasih", "apa kabar", dan "tidak bagus". Paling tidak tiga kalimat itu yang sering diucapkan ketika ketemu saya, he.

Inilah suasana hari ini di masjid Kaohsiung dengan jumatan yang kebetulan jatuh pada hari spesial bagi orang Taiwan. Hari lahir negeri Formosa yang menyimpan sejuta pesona.

No comments:

Post a Comment