Kita sepakat untuk hanya menghidupkan AC dari pukul 12 malam sampai pukul 6 pagi. Kecuali panas yang menyengat kulit terjadi, maka kami membuat kesepakatan baru untuk menghidupkan AC lebih cepat. Ini semua kami lakukan dalam rangka untuk berhemat, karena biaya pulsa AC tidaklah murah. Tidak bisa menghidupkan AC sepanjang hari.
Dalam beberapa hari ini, Taiwan begitu gerah, padahal temperatur kamar tidak tinggi-tinggi amat, hanya 29 derajat celcius. Besaran temperatur yang biasa saja di Indonesia. Dengan menghidupkan kipas saja masalah panas tuntas.
Namun di Taiwan pada suhu 29 derajat kipas tidak lagi sanggup menghalau gerah yang ditimbulkan. Udaranya sangat lembab sehingga kita akan merasa lebih panas. Padahal kedua kipas yang menempel di loteng kamar sudah berputar dengan kecepatan maksimum.
Saya merasakan kondisi lebih gerah di waktu malam daripada siang hari. Di siang hari masih ada angin di luar sana yang membawa udara segar ke kamar. Sehingga kipas masih bisa menurunkan suhu kulit pada siang hari tapi tidak pada malam hari. Walapun, tentunya harus tetap berbusana minim.
Di kamar asrama biasanya saya hanya memakai sarung. Sementara teman lain hanya mengenakan celana pendek. Semua tanpa baju. Berbeda dengan ketika musim dingin yang selalu berbusana lengkap di mana pun berada.
No comments:
Post a Comment