Satu-satunya warung makan Taiwan yang bebas babi adalah warung vegetarian, warung yang tak menyediakan makanan mengandung unsur hewani. Dari daging hewan sampai minyak hewan, tidak ada di situ. Walaupun demikian, sebagian warung vegetarian masih membolehkan adanya telur.
Di samping membeli nasi, saya juga sering sekali membeli mi sebagai pengganti nasi ketika perut terasa penuh, tapi lapar. Mungkin ini yang namanya busung lapar ala anak kos. Lebih-lebih anak kos tua seperti aku.
Saya sering membeli mi goreng. Rasanya enak, tetapi separuh saya makan, rasanya berubah jadi enek. Aroma bumbunya agak aneh. Namun, saya biasanya tetap menghabiskannya walaupun sudah agak mual.
Suatu hari, entah apa yang mengganjal telinga laopan (sebutan orang Taiwan untuk yang punya warung, bisa juga berarti bos), dia salah mendengar bahasa Mandarin saya, yang walaupun belepotan, biasanya dia tak salah dalam meresponnya.
Aku bilang ke laopan bahwa aku ingin memesan mi goreng, yang dalam bahasa Mandarin disebut dengan chǎo yì miàn dengan karakter 炒意麵 .
"老板,炒意麵 (Lǎobǎn, chǎo yì miàn), " aku berteriak di pintu dapur warung dan langsung di-oke-kan oleh Laopan.
Namun, begitu selesai ternyata yang diberikan kepada saya adalah mi rebus. Mi rebus dalam Mandarin disebut dengan Yì miàntāng dengan karakter 意麵湯. Padahal bunyi kalimatnya kan jauh sekali, ya? Namun, setelah sedikit berdebat sambil diselingi tawa lebar, akhirnya saya menerima mi rebus yang bukan kehendakku itu.
Saya bergegas pulang ke lab dan membuang kuah mi ini ke wastafel. Jadilah mi goreng, mi rebus, buang kuahnya. Saya memang tak suka sama sekali dengan mi rebus. Segala daya kukerahkan agar mi rebus berubah jadi mi goreng.
Untungnya, setelah saya makan ternyata mi rebus tanpa kuah ini jauh lebih enak dari mi goreng yang sering kubeli sebelumnya. Rasa enek yang diberikan mi goreng tak ada dalam mi ini. Mulai saat itu lah saya selalu membeli mi rebus kemudian saya buang kuahnya. Malam ini juga demikian.
Namun, begitu selesai ternyata yang diberikan kepada saya adalah mi rebus. Mi rebus dalam Mandarin disebut dengan Yì miàntāng dengan karakter 意麵湯. Padahal bunyi kalimatnya kan jauh sekali, ya? Namun, setelah sedikit berdebat sambil diselingi tawa lebar, akhirnya saya menerima mi rebus yang bukan kehendakku itu.
Saya bergegas pulang ke lab dan membuang kuah mi ini ke wastafel. Jadilah mi goreng, mi rebus, buang kuahnya. Saya memang tak suka sama sekali dengan mi rebus. Segala daya kukerahkan agar mi rebus berubah jadi mi goreng.
Untungnya, setelah saya makan ternyata mi rebus tanpa kuah ini jauh lebih enak dari mi goreng yang sering kubeli sebelumnya. Rasa enek yang diberikan mi goreng tak ada dalam mi ini. Mulai saat itu lah saya selalu membeli mi rebus kemudian saya buang kuahnya. Malam ini juga demikian.
Mi rebus vegetarian yang telah kubuang kuahnya. |
No comments:
Post a Comment