Tuesday, April 12, 2016

Kamus

Beberapa hari yang lalu. Di lab saya

Suasana lab sepi. Mahasiswa internasional hanya kami berdua yang sedang mengintip baris demi baris buku atau paper yang berbahasa Inggris. Saya sedang men-skimming paper, membaca cepat untuk mencari ide-ide pokoknya saja dalam tulisan itu. Sementara teman saya sedang membaca sebuah buku dengan sangat mendetail untuk persiapan ujian kandisasi doktor dua bulan depan. Juga bukunya dalam bahasa Inggris.

Braak! Temanku menggebrak meja belajarnya. Aku terkesiap, kaget. Aku segera monoleh ke arahnya. Aku melihat dia mengaitkan kedua telapak tangannya dan ditangkupkan di atas kepala. Merebahkan badan ke sandaran kursi. Mendongak ke langit-langit lab.

"Ada apa? Kamu baik-baik saja. Are you OK?" aku bertanya kepadanya. Dia tersenyum kecut. "Aku jengkel, Usman, sudah beberapa kali kosakata yang sama aku temui dalam buku ini, aku tidak tau artinya, aku membuka kamus google translate, kemudian aku tahu artinya, melanjutkan membaca baris per baris buku ini lagi, aku menemukan kata itu lagi, ternyata aku lupa lagi artinya, dan aku harus membuka kamus lagi hanya untuk kosakata yang sama setiap saat. Apa tidak jengkel, Usman?"

Mendengar keluh kesahnya, aku hanya tersenyum. Aku memang jarang memberi nasihat jika orang sedang jengkel. Biarkan saja dulu hilang jengkelnya, setelah itu baru aku memberi nasihat sedikit kalau perlu. Dengan cara menceritakan pengalaman saya.

Teman saya itu, dalam hal bahasa Inggris memang kurang. Tapi kualitas penelitiannya sangat bagus. Bahkan jauh lebih bagus dari saya. Saya masih bergelut dengan ide penelitian yang saya sendiri kurang percaya diri apakah ide saya ini menarik apa tidak. Sementara teman saya itu mempunyai ide penelitian yang sangat elegan. Tetapi sering mencak-mencak karena kemampuan bahasanya yang teramat kurang.

Semua orang punya masalah sendiri-sendiri.

Dibandingkan dengan teman saya itu, kosakata bahasa Inggris saya memang jauh lebih banyak. Tapi bukan berarti tak perlu kamus untuk memahami secara detail setiap tulisan yang berbahasa Inggris. Saya tetap butuh kamus. Cuma tidak sesering teman saya itu. Tapi kamus tetap hidup terus, di hape atau di komputer. Soal kosakata itu-itu lagi yang lupa, saya juga mengalaminya. Menjengkelkan memang.

Tapi di sini perlu saya tekankan bahwa, dalam membaca, kita mutlak membutuhkan kamus. Apa pun bahasa dari tulisan itu, mau bahasa Indonesia, Inggris, atau bahasa antahberantah lainya.

Terus terang, saya sendiri ketika membaca buku yang berbahasa Indonesia, kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang ada di hape mesti saya hidupkan. Ternyata banyak juga kosakata yang tidak saya ketahui artinya, yang selama ini hanya saya pahami secara kontekstual saja. Ternyata begitu saya lihat di kamus, artinya lain seperti yang saya duga-duga selama ini.

Itu baru bahasa Indonesia, bahasa kita sendiri. Apalagi bahasa Inggris, tentu lebih parah lagi. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada yang bilang bahwa tak perlu kamus untuk membaca sebuah karya tulis secara mendalam.

Sekarang hape sudah canggih. Bisa dipasang aplikasi apa saja, termasuk kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), bahasa Inggris, dlsb. Jadi, bukan hanya permainan (game) saja yang tersedia.

No comments:

Post a Comment