Friday, April 8, 2016

Mazhab di Taiwan

Jika saya pulang kampung, pertanyaan yang paling sering muncul dari orang yang kutemui adalah apakah di Taiwan banyak orang Islam? Terus kalau ada mereka pakai mazhab apa?

Saya biasanya akan menjawab singkat saja, "Ada. Tapi banyak pendatang. Sementara orang Taiwan sendiri cuma sedikit." Terkait mazhab, saya menjawab,"Mazhab Hanafi." Karena saya pernah berbincang hal ini dengan imam pada suatu hari. Untuk dua pertanyaan itu, maka jawabannya tuntas sampai di situ.

Namun kadang percakapan tidak putus sampai di situ. Bisa panjang mengular sampai jauh. Berhenti pada pertanyaan yang tak bisa kujawab lagi. Saya tak paham bagaimana mazhab Hanafi itu. Mazhab Syafii saja yang saya pelajari dari kecil sampai sekarang, belum juga sepenuhnya paham.

Namun, dari segi pelaksanaan tatatertib salat Jumat, kelihatannya tak begitu jauh dengan yang berlaku di Aceh. Misalnya bentuk mimbar, azan dua kali, dan memegang tongkat ketika khutbah. Semua ada di sini.

Sekarang akan saya coba urutkan tatatertib salat Jumat yang berlaku di Masjid Kaohsiung, Taiwan Selatan. Azan pertama dikumandangkan sekitar pukul 12.30 siang. Lebih telat sekitar 30 menit setelah masuk waktu zhuhur. Setelah Azan pertama, imam memberi nasihat dengan Mandarin sebagai bahasa utamanya. Kadang juga dicampurnya dengan bahasa Inggris dan Arab pada kalimat-kalimat yang menurutnya harus dipahami seluruh jamaah.

Ceramah nasihat ini dilakukan di bawah mimbar. Kadang-kadang imam duduk saja di lantai jika materi yang ingin disampaikan ada dalam kitab tebal yang sulit pegangnya jika dalam keadaan berdiri.

Setelah nasihat itu usai, kemudian ia menutup dengan salam dan naik ke mimbar. Duduk. Muazzin berdiri tepat di depan mimbar. Azan kedua dikumandangkan. Imam berdiri lagi setelah azan selesai dan membaca khutbah.

Khutbah Jumat ini sama sekali dalam bahasa Arab. Jarang sekali, walaupun saya pernah menemukannya juga pada suatu hari, dia mencampurkannya dengan bahasa non-Arab.

Materi khutbah ini sepertinya sudah standar. Saya melihat kitab yang dipegang Imam selalu sama. Saya menduga itu semacam kitab khutbah Jumat sepanjang tahun. Semua materi sesuai dengan masa dalam setahun ada di situ. Ia hanya membacanya saja. Sepuluh menit biasanya dua khutbah, yang diselingi duduk di antara keduannya, usai.

Tentang tongkat. Ini unik juga. Tongkat khutbah di sini sudah terpasang secara permanen di mimbar. Jadi, imam ketika berkhutbah hanya memegangnya saja sekaligus jadi tempat bertumpu.

Namun, dari pengamatan saya, tongkat yang besarnya memenuhi genggaman itu tidak setiap khutbah dipegang oleh imam. Sering juga ia tidak menyentuhnya sampai khutbah usai. Kebetulan, hari ini imam memegang tongkat itu dari awal khutbah sampai akhir. Dan saya sempat mengabadikannya dengan kamera gawaiku.

Khutbah di masjid Kaohsiung ini selalu disampaikan oleh imam besar. Tiap Jumat. Kecuali ia sedang berhalangan atau keluar kota, maka pihak mesjid akan mencari khatib lain sebagai panggantinya.

Kemudian dari segi bentuk mimbar. Nah, ini mungkin jarang yang memerhatikannya. Tapi bagi anak pesantren ini penting. Mimbar di sini tangganya ada di depan. Artinya imam naik ke mimbar lewat depan. Bukan lewat samping.

Anak tangganya berakhir pada anak tangga yang besar yang digunakan sebagai tempat duduk khatib ketika menunggu azan dan duduk di antara dua khutbah. Bentuk mimbar ini memenuhi kriteria mimbar di kalangan ulama-ulama dayah di Aceh. Dan mungkin di kalangan NU juga.

Apakah dengan urutan tatatertib ibadah salat Jumat di atas sudah ada ciri-ciri mazhab Hanafi? Saya terus terang tidak tahu. Tapi, saya punya parameter lain yang menguatkan apakah di Taiwan ini menjalankan mazhab Hanafi atau bukan. Yaitu pada waktu salat Asar.

Salat Asar di Taiwan mengikuti mazhab Hanafi. Yaitu waktu Asar baru masuk ketika panjang bayangan benda sudah dua kali panjang bendanya tidak termasuk panjang bayang pada saat istiwak (awal waktu Zhuhur).

Sehingga, waktu Asar yang tertera di Jadwal salat Taiwan menjadi telat. Agak mepet ke waktu Magrib. Sementara mazhab Syafii, Asar sudah masuk ketika panjang bayang benda sudah sama dengan panjang bendanya.

Jika belum tahu tentang konsep bayangan ini, saya akan coba jelaskan sepintas tentang penentuan waktu Asar dengan bayang-bayang benda. Mudah sekali, kita hanya butuh sebuah tongkat lurus yang telah kita ketahui panjangnya (misalnya 100 Cm).

Dirikan tongkat itu di atas tanah dengan tegak betul. Jangan miring. Bila perlu pakai waterpas atau bandul. Ketika masuk awal waktu zhuhur, ukur panjang bayang yang dihasilkan. Nah, bayang itulah yang dikatakan dengan bayang istiwak. Arah bayangan ini akan mengarah tepat ke Utara-Selatan. Misalnya, panjang bayang istiwak yang telah kita ukur itu 10 Cm. Ini misalnya ya.

Dengan mengetahui panjang bayang istiwak, maka waktu salat Asar versi mazhab Hanafi dan Syafii dengan mudah dapat kita tentukan.

Waktu Asar mazhab Hanafi jatuh pada saat panjang bayang sudah mencapai dua kali panjang tongkat dan ditambah dengan panjang bayang istiwak tadi. Misal dalam kasus kita panjang bayang Asar adalah 2x100+10=210 Cm. Sementara Asar versi mazhab Syafiii sudah masuk lebih awal ketika panjang bayang sudah sepanjang bendanya dan ditambah dengan panjang bayang istiwak. Misalnya panjang bayangnya adalah 1x100+10=110 Cm.

Sehingga waktu Asar mazhab Syafii lebih cepat hampir satu jam dibandingkan dengan Hanafi. Taiwan menggunakan mazhab Hanafi dalam hal penentuan waktu salat. Sehingga salat Asar agak mepet ke magrib.

Saya ikut Asar versi apa di sini? Saya ikut Syafii. Ada alasan lain bagi saya untuk itu. Saya tidak mau terlihat terlalu sibuk salat di sini, karena saya salat di lab.

Biar terlihat santai dalam beribadah, saya selalu salat tepat waktu. Sehingga waktu jeda antara dua salat terlihat lama dan tidak menakutkan bagi teman-teman Taiwan di sini. Salat lima kali sehari saja sudah cukup membuat mereka melipat dahi ketika mendengarnya. "Hard work," kata salah satu teman saya pada suatu hari.

Jadi, jika saya ikut asar mazhab Hanafi, maka waktu jeda antara Asar dan Magrib menjadi sempit. Padahal, jeda Magrib dan Isya sempitnya tak bisa ditawar-tawar lagi. Maka terlihat sibuklah saya di mata mereka mulai dari salat Asar sampai Isya.
Imam sedang menyampaikan khutbah Jumat

No comments:

Post a Comment