Thursday, August 18, 2016

Semarak Bulan Hantu di Taiwan

Sekalipun Taiwan ini sudah tergolong negara maju, tetapi menariknya mereka tak pernah meninggalkan budaya leluhurnya. Tak perlu waktu lama bagiku untuk mengetahuinya, di awal ketibaanku di Taiwan tiga tahun lalu, aku langsung disuguhi pemandangan ritual budaya membakar kertas di dalam sebuah tungku baja di depan rumah-rumah atau toko-toko mereka.

Kelak baru aku ketahui bahwa kertas itu bernama kertas uang (paper money atau zhǐqián) yang akan dipersembahkan untuk leluhur dengan cara dibakar. Di alam sana, leluhur akan menggunakan uang tersebut untuk berbelanja segala kebutuhannya.

Sepertinya di setiap rumah mereka sudah mempersiap sebuah tungku baja berkaki yang khusus digunakan untuk membakar kertas uang di halaman rumah mereka. Kadang ukurannya kecil dan ada juga yang besar sekali untuk hitungan tungku pribadi.

Bukan hanya itu, di samping bakar-bakaran kertas uang, mereka juga mempersembahkan makanan berupa buah-buahan, minuman, dan roti. Semua itu dipersembahkan untuk leluhur mereka yang sudah meninggal dengan cara meletakkannya di atas meja di depan rumah atau toko dengan diiringi pembakaran kertas uang.

Bulan ini (Agustus 2016) bertepatan dengan bulan ketujuh dalam penanggalan kalender China, bulan yang menakutkan. Bulan ini dinamakan dengan bulan hantu (ghost month), dimana pintu neraka dibuka dan roh-roh jahat yang sejatinya di neraka semuanya keluar bergentayangan di dunia.

Agar roh-roh ini tidak mengganggu manusia, maka dibuatlah persembahan (membakar kertas uang dan persembahan makanan) dalam skala besar. Malah saking banyaknya, kertas uang harus dibakar dalam sebuah kerangkeng raksasa, dan tempat persembahan makanan memakan tempat sepanjang jalan. Jalan tempat acara berlangsung terpaksa ditutup karena sudah dipasang teratak. Hanya pejalan kaki dan pesepeda motor yang bisa lewat.

Tak main-main, di sekitar Kaohsiung Main Station kemarin, sepanjang jalan dipenuhi persembahan-persembahan untuk menjaga hubungan baik dengan roh-roh jahat itu. Persembahan terdiri dari aneka buah-buahan, roti, ayam, sapi, dan babi-babi yang sangat montok-montok.

Aku terkesima melihatnya. Di samping persembahan-persembahan itu ada dua buah panggung. Satu panggung untuk pentas seni seperti sandiwara, dan satu lagi digunakan untuk tempat pemimpin doa duduk untuk membacakan syair-syair yang diiringi tetabuhan gemerincing seperti pada tari Barongsai.

Masyarakat mengikuti dengan takzim prosesi itu. Kemudian doa diakhiri dengan pelemparan kue-kue dan permen ke arah khalayak oleh pemimpin. Mereka dengan senang memperebutkannya. Aku hanya sibuk mengambil foto saja, tak ikut berebut kue dan permen berkah itu. Sampai pada akhirnya seseorang mencolek punggungku. Aku menoleh ke belakang. Seorang bapak tersenyum serta menyerahkan sepotong permen kecil kepadaku. Aku juga tersenyum menerimanya serta berterimakasih dengan membungkukkan badan.“Xie xie,” kataku dan dibalas senyum olehnya.

Hari ini (16/8) ternyata dosen-dosen dan pegawai-pegawai di kampusku juga tak tinggal diam. Mereka juga mengadakan persembahan serupa. Tempatnya di lobi lantai satu gedung jurusan teknik mesin NKUAS, mereka menggelar meja sambung menyambung. Di atasnya diletakkan aneka buah-buahan, minuman, daging ayam, dan roti-roti. Namun, ketika aku datang, kertas uang belum dibakar.
Teratak berisi persembahan
Pentas seni
Salah satu paket persembahan makanan
Persembahan daging ayam
Persembahan daging babi
Pemimpin doa
Berebut kue, permen. dan buah-buahan
Seorang bapak sedang mengumpulkan makanan hasil rebutan
Kerangkeng dan pembakaran kertas uang
Persembahan di Jurusan Teknik Mesin NKUAS

No comments:

Post a Comment