Serasa malu kuceritakan. Sudah tiga tahun aku berada di Taiwan namun, baru kemarin (17/8) aku menjejakkan kaki di Taipei, ibu kota Taiwan. Padahal Kaohsiung-Taipei itu ya tak jauh-jauh amat, hanya 300 kilometer. Dengan bus dan kereta api biasa ditempuh dalam lima jam, sedangkan dengan kereta cepat (high speed rail) cuma memakan waktu dua jam.
Dulu aku pernah mau ke sana ketika Bang Haji Rhoma Irama direncanakan mentas di Taipei. Aku sebagai penggemar berat si Raja Dangdut itu tentunya dapat kupastikan akan datang, sampai lupa bilang insya Allah saking semangatnya. Namun sayang seribu sayang, Bang Haji batal datang dengan alasan yang tak kuketahui.
Setelah itu aku terus menunggu momen yang pas untuk ke Taipei. Karena aku tak mau jika ke Taipei hanya untuk main-main saja tanpa agenda lain di luar wisata semata. Pernah kusampaikan ke segenap temanku, jika mereka pergi ke Taipei untuk urusan apapun tolong aku diberitahu, karena aku mau ikut.
Maka sampailah pada tanggal 17 Agustus kemarin, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Seorang teman mengajak kami mewakili Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kaohsiung untuk menghadiri upacara bendera di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, yaitu sebuah kantor yang bertindak sebagai kantor duta besar de facto Indonesia untuk Taiwan.
"Aku ikut!" pekikku sendiri di depan komputer lab dengan tangan mengepal ke udara, "yes!" ketika membaca pengumuman ketua PPI Kaohsiung di Grup Line.
***
Tak banyak yang ikut, hanya empat orang yang meluncur ke Taipei termasuk diriku. Kami berangkat dengan armada Ubus murah meriah plus internet gratis. Di pagi buta kami sampai dan turun dari bus di Taipei Main Station. Setelah mandi sealakadarnya, kami berangkat ke gedung KDEI dengan dua kali naik MRT dan berjalan kaki sekitar 10 menit. Pukul 8 pagi kami sudah berada di samping gedung kedutaan Indonesia itu.
No comments:
Post a Comment