Friday, September 2, 2016

Hari yang Suram buat Bang Sopir. Peraturan dalam Bus di Taiwan

Baru kali ini aku melihat sopir bus kota Kaohsiung sebegitu berangnya. Memarahi sepasang penumpang yang melanggar peraturan dengan makan di dalam bus di deretan kursi paling belakang.

Memang sedari awal aku naik bus ini dan aku duduk di deretan kursi di depan mereka, aroma roti yang kuduga adalah racikan McDonalt menguar-nguar tak henti-henti. Membuat perutku menjerit segera minta diisi dengan makanan yang sama. Aneh juga tingkah mereka menurutku. Di setiap sudut dalam bus sudah tertempel pengumuman bahwa dilarang makan di dalam bus, tapi kok tega-teganya mereka melanggar.

Aku menyibukkan diri dengan membaca buku sambil sesekali berhenti karena pikiranku terbuyarkan aroma roti itu yang begitu menggoda. Sebagian penumpang di depan menoleh ke belakang mengikuti arah sumber aroma. Mereka pasti yakin aroma itu bukan dariku, karena aku terlihat sibuk menekur menyusuri lembar demi lembar dari bukuku.

Sejurus kemudian, bus berhenti sebab dirintangi lampu merah, aku baru sadar ternyata sopir yang seharusnya memegang kendali di depan sudah berada di sampingku segera setelah bus berhenti. Ia membeliak ke arah penumpang yang sedang asoi menyantap sarapan. Dan dengan suara lantang memarahi mereka, "Kamu tidak tahu ini dalam bus! Jangan makan di sini!" Kali ini, aku paham betul bahasa Mandarin yang diucapkan. Pengucapannya jelas sekali. Dan... juga keras sekali suaranya.

Aku tak menoleh ke belakang untuk melihat reaksi si pelanggar itu. Tapi yang jelas, mereka langsung menciut karena memang bersalah. Ini kuketahui karena tak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka selain minta maaf. Dan aroma roti nikmat itu sayup-sayup menghilang pelan-pelan setelah serapah bang sopir.

Sopir kembali lagi ke depan. Lampu hijau menyala. Dia menginjak gas lagi. Ia beberapa kali melihat ke arah kaca spion yang terletak di depan atas kepalanya. Dua kali ia malah bersitatap denganku. Tak tahu apakah si pelanggar ikut menatap spion itu, dan sempat beradu pandang juga? Kurasa mereka tak berani, karena muka sopir sebegitu masamnya setelah barusan menumpahkan kekesalan.

Aku sungguh tak tahu, apakah kemasaman mukanya mutlak karena ada pelanggar di dalam bus itu atau bukan, atau dia juga punya masalah lain di luar sana? Karena sepanjang jalan ia juga dua kali membentak sopir mobil pribadi lain yang melanggar jalannya, dengan suara klakson yang panjang dan membahana. Sekali karena ada orang yang memarkir mobil sembarangan di belokan jalan, dan sekali lagi ada mobil yang menyalipnya secara tiba-tiba.

Kakinya sontak menginjak rem dan secara bersamaan tangannya menekan klakson, "Tiiin...!" Tubuhku terhempas ke depan. Mataku berpindah dari buku ke ruas jalan di depan mulut bus sana.

Sepertinya, hari ini bang sopir yang malang ini memang sudah ditakdirkan untuk bertemu para pelanggar, yang mengakibatkan tekanan darahnya naik-turun karena jengkelnya yang bersangatan.

No comments:

Post a Comment