Barusan teman satu lab yang duduk di sampingku bergegas pulang dan sekaligus mengundangku untuk menghadiri pestanya yang akan dilaksanakan tepat tengah malam nanti di asrama.
Kemarin adalah hari kemerdekaan negara mereka, Vietnam, dari tangan Amerika. Malam ini mereka akan merayakannya dengan pesta makan-makan. Berbagai bahan makanan telah dibelikan tadi sore, termasuk daging ayam dan tentunya juga daging babi. Dan tak akan lupa, bir, juga ikut memeriahkan pesta malam ini.
Ia pulang lebih cepat malam ini untuk bergabung dengan teman-teman setanah air memasak dan kemudian menyantapnya bersama-sama. Aku sebagai teman satu lab pasti diundang makan. Walaupun belum tentu aku akan hadir. Masalahnya adalah babi dan bir itu.
"Usman, kami malam ini mau mengadakan pesta kemerdekaan negara kami di asrama. Kamu datang ya. Kamu bisa makan daging ayam dan minum bir saja. Babi, jangan."
"Tapi aku tak bisa minum bir juga," sanggahku
"Ah! Tak masalah. Kamu minum saja sedikit."
Aku terheran-heran, karena kejadiannya bukan kali ini saja, kenapa mereka begitu menyesali kalau aku menolak minum bir? Sedangkan daging babi mereka sangat memakluminya. Aku muslim, berarti tak makan babi. Sedangkan bir, sering mereka berdecak menyesali ketika aku menolaknya.
Apakah bir itu nikmat sekali untuk tidak dinikmati? Aku, kok, jadi penasaran, ya? Nah, Loh. Ah, tak mau!
Apa tan- membuat mu tak mau minum bir ?
ReplyDeleteKarena kamu Muslim yah mungkin ada ajaran agama yang melarang minum minuman keras
Tapi yah itu tergantung apa yang kamu percaya
Kalau menurut Aku minuman alcohol itu tidak cuma sekedar untuk mabuk saja tapi dinikmati iuga, seperti look yang pahit tapi dinikmati orang meski adiktif