Saturday, September 24, 2016

Kapan Pintar?

Ilmu itu luas dan beranak pinak. Mulai dari SD sampai SMA kita sudah belajar matematika, mulai dari tambah-kurang-kali-bagi di SD sampai matriks-diferensial-integral di SMA. Habis sudah tetek bengek matematika masuk ke kepala.

Tapi, celakanya, ketika kuliah, masuk jurusan teknik misalnya, ternyata matematika harus belajar lagi, namanya Matematika Teknik, yaitu penerapan matematika umum ke dalam dunia teknik yang lebih khusus. Lebih spesifik lagi.

Di matematika teknik ini kita mulai belajar bagaimana sebuah fenomena alam, seperti benda jatuh dan lain sebagainya, bisa dimodelkan ke dalam sebuah persamaan diferensial dan kemudian bagaimana menyelesaikan persamaan tersebut.

Juga di bangku kuliah kita diberitahu bagaimana matriks yang kita pelajari di SMP-SMA dipergunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah keteknikan. Misalnya, yang dipakai dalam analisis elemen hingga.

Bentar, aku mau cerita sedikit tentang pola pikir metode elemen hingga ini. Untuk menghitung luas segiempat ada rumusnya, panjang kali lebar. Tapi bagaimana menghitung luas sebuah bidang yang tidak teratur yang pinggirnya meliuk-liuk seperti emping melinjo? Caranya mudah, tinggal bagikan permukaan itu menjadi bidang-bidang kecil berbentuk segi empat, lantas hitung semua luas segiempat tersebut dan jumlahkan, maka itulah luas total bidang yang tidak teratur tadi.

Tentunya makin kecil segiempat yang kita pakai, maka makin banyak segiempat yang dibutuhkan untuk menutupi bidang itu, dan juga makin lama waktu yang dihabiskan untuk menghitungnya. Dan akhirnya, makin akurat hasil yang diperoleh. Begitulah juga konsep metode elemen hingga itu terbentuk. Benda yang mau dianalisis dibagi-bagi ke dalam bidang-bidang kecil agar mudah dihitung.

Dalam metode elemen hingga, kita dihadapkan dengan matriks-matriks yang berukuran besar (yang bisa mencapai ribuan baris dan kolom, tergantung besarnya benda yang akan dianalisis) yang tak mungkin dihitung pakai tangan dan kalkulator, apalagi dengan hanya mencongak.

Maka saat itu kita butuh mesin hitung; komputer dengan perangkat lunak khusus untuk menghitung elemen hingga. Nama perangkat lunaknya macam-macam: ABAQUS, ANSYS, MATLAB, Hypermesh, ADAMS, dan banyak lagi yang lain yang malas kusebutkan saking jengkelnya diriku.

Tiap perangkat lunak yang kusebutkan itu punya bab khusus yang harus kita pelajari lagi. Misalnya, penggunaan Abaqus untuk simulasi mekanis, simulasi fluida, simulasi energi, dan banyak lagi yang harus dipelajari dari nol lagi sesuai kebutuhan tergantung kita berada di bidang mana.

Pertanyaannya, kapan pintarnya kalau ilmu itu tak ada habis-habisnya? Aku sendiri tak tahu kapan. Tapi kalau kapan gobloknya, aku tahu persis jawabannya: ketika sudah merasa pintar, nah, saat itulah goblok datang.

No comments:

Post a Comment