Beberapa hari ini tikus di lab kami memang sudah menjadi-jadi. Beberapa hari yang lalu odolku digigitnya. Tak lama berselang, salah satu teman terheran-heran setelah meninggalkan lab tak berapa lama, begitu kembali permen yang ditaruh di meja belajarnya hilang. Setelah cari sana-sini ia mendapati salah satu permennya sudah amburadul tercabik-cabik bekas gigitan. Ia yakin ini pekerjaan tikus.
Salah satu teman melapor kepadaku bahwa lab kita sudah tak aman lagi. Aku terbeliak dan bertanya ada apa. Lab kita ternyata banyak tikusnya, jawabnya. O, alah, kalau soal tikus sudah lama aku ketahui. Aku malah sering melihatnya keluar-masuk melalui lubang yang ada di belakangku, tepatnya di pojok lab, kisahku kepadanya.
Aku dulu malah sempat membunuhnya satu. Selepas itu, aman. Dan sekarang mulai lagi lab ini diserang oleh binatang pengerat itu. Temanku mengusulkan untuk membeli perangkap. Aku setuju dan mengusulkan modelnya: perangkap yang apabila terkena, tikusnya langsung mati, jadi kita tinggal buang saja, tak perlu bersusah payah untuk membunuhnya lagi.
Mendengar itu teman saya terkesiap, tak nyaman dengan kata bunuh. Ia bertanya apakah aku serius ingin membunuhnya. Aku mengangguk, kenapa tidak. Tapi ia hanya ingin menangkap tikus itu dan melepaskannya ke tempat lain. Lembut sekali temanku ini. Dengan tikus saja ia tak tega bunuh-bunuhan, apalagi dengan manusia.
Dua hari berlalu, hari ini, pagi-pagi, aku masuk ke lab, menyalakan laptop. Halaman kata sandi keluar. Aku memegang tetikus (1) laptopku untuk mengarahkan pandu (2) ke arah kolom sandi. Pandu tak bergerak. Aku menggoyang-goyangkan tetikus, masih saja tak ada respons.
Putus asa, kemudian aku memeriksa kabelnya dari ujung sampai ke pangkal. Dar...! Tali tetikusku telah hampir putus digigit tikus. Aku mencabutnya dan melapor ke teman lab. Hari ini aku yang jadi korban. Kabel tetikusku digigit. Temanku itu begitu berang dan ia berniat segera membeli perangkap secepatnya. Ini sudah bahaya.
Aku diberikan tetikus lain yang diambil dari cadangan fasilitas lab. Ia melihat lamat-lamat hasil gigitan itu sambil menggeleng-geleng seraya berdecak-decak. Setelah membuangnya ke tong sampah, ia menuju ke wastafel untuk mencuci tangan. Sementara aku kembali ke depan laptopku dengan tetikus baru.
Di depan wastafel, sambil cuci tangan ia mengulang lagi bahwa ia akan membeli perangkap secepatnya, "Aku akan beli perangkap segera! Ini sudah bahaya!"
"Iya, kalau tidak, habis semua kabel digigit satu persatu," aku merespons, "tapi, aneh juga, ya? Tikus kok tega-teganya memakan temannya sendiri."
Ia tercenung sesaat mendengar kalimat terakhirku. "Makan teman? Maksud kamu?" tanyanya heran.
"Iya, ini, kan, tikus (mouse), " jawabku sambil mengangkat tetikus ke atas agar terlihat olehnya, " terus yang gigit juga, kan, tikus (mouse)? Temannya sendiri."
Ia baru paham dan tergelak setelahnya.
Duh, melawak itu ternyata bisa bikin kecewa karena budaya perlawakan itu beda-beda di setiap negara. Padahal di negara kita yang namanya lawakan bergenre "jeruk minum jeruk" bisa ditarik ke masalah apa pun.
_______
Notabene:
1. Tetikus adalah peranti periferal pada komputer yang menyerupai tikus, gunanya, antara lain, untuk memindahkan letak pandu di jendela tampilan. Secara tak resmi, kita sering menyebutnya mos.
2. Pandu adalah tanda di jendela tampilan tempat kegiatan komputer terjadi atau ditampilkan. Ia disebut juga dengan pointer.
No comments:
Post a Comment