Monday, October 12, 2015

Selamat Datang Musim Dingin, Taiwan

Saya kira musim dingin di Taiwan sudah mulai. Dalam minggu ini, kipas angin yang biasanya saya letakkan di ujung kaki tempat tidurku sudah tak perlu dihidupkan lagi. Hanya kipas angin yang tertempel di loteng saja yang perlu saya nyalakan.

Memang, Kaohsiung belum dingin benar. Masih tetap memerlukan kipas untuk kenyamanan belajar dan tidur di kamar asrama yang saya huni sekarang.

Tapi, jika dibandingkan dengan bulan lalu, sekarang sudah lumayan nyaman. Mengingat musim panas di Taiwan begitu menyengat kulit di siang hari dan sangat gerah di waktu malam. 

Istimewa pula, pulau Taiwan dilingkari lautan luas yang mengakibatkan udara begitu lembab, sehingga kita akan terasa lebih panas daripada di negara lain pada temperatur yang sama.

Matahari sekarang sudah berjarak 8 derajat sebelah selatan garis khatulistiwa. Sementara Taiwan, tempat tinggal saya sekarang, Kaohsiung, berjarak 23 derajat sebelah utara garis khatulistiwa. Jadi, kota ini sekarang terpaut 31 derajat dengan posisi matahari. Suatu jarak yang sudah lumayan cukup untuk musim dingin menjejakkan kakinya di Kaohsiung ini.

Kaohsiung adalah kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei. Letaknya di ujung pulau Taiwan di sebelah selatan. Akibatnya, jika dibandingkan dengan Taipei yang berada di utara, Kaohsiung tergolong tidak begitu dingin walaupun di puncak musim dingin sekali pun.

Namun, karena saya dari Indonesia yang tidak memiliki musim dingin, dinginnya Kaohsiung pada musim dingin begitu menusuk tulang bagi saya. Padahal teman Taiwan bilang, "Kaohsiung itu tidak ada musim dingin. Saya dari Taipei. Ketika musim dingin, saya pergi ke Kaohsiung malah tidak memakai jaket."

Begitulah kata seorang teman saya yang berasal dari Taipei. Dia tidak berasa dingin di Kaohsiung. Padahal,  pada saat degree bridging dulu di tahun 2013, saya pernah berada di Kaohsiung sekitar bulan Januari-Pebruari, dinginnya minta ampun. Cukup membuat peradangan sinusitisku kambuh lagi. Hidungku hampir tiap hari perih pada saat itu sampai program bridging selesai.

Setelah program degree bridging, dan sekarang saya kuliah di Taiwan, saya tidak pernah lagi merasakan puncak musim dingin di Taiwan yang terjadi pada bulan Januari-Pebruari. Hal ini karena, pada bulan tersebut sedang berlangsung liburan musim dingin. Dan, saya pasti pulang kampung seperti sebagian besar mahasiswa lain di sini.

Jika dibandingkan dengan musim panas yang begitu membakar, tinggal di Taiwan saat musim dingin tentu lebih nyaman. Walaupun saya sering sakit pada saat musim dingin datang. Namun bagi orang yang tidak bermasalah dengan dingin, Taiwan itu nikmat dikunjungi saat musim tersebut. Karena sebenarnya, Taiwan tidak sedingin negara-negara yang dekat dengan kutup utara, yang sampai bersalju. Sehingga jaket biasa saja sudah cukup untuk menghalau dingin.

No comments:

Post a Comment