Friday, October 9, 2015

Mengunjungi Dokter Mata Di Kaohsiung Taiwan

Dr. Tung's Eye Clinic, demikianlah nama klinik mata yang saya kunjungi sebanyak dua kali dalam minggu ini. Letak klinik ini tidak jauh dari kampus saya, NKUAS Kaohsiung.

Klinik ini beroperasi di sebuah bangunan pinggir jalan bernomor 657 jalan Dashun 2nd, tidak jauh dari persimpangan antara jalan Jian Gong dan Dashun.

Saya tahu keberadaan klinik ini karena berada di jalan menuju supermarket Carefour, yang berada sekitar 300 meter setelah klinik mata tersebut. Jadi, karena sering ke Carefour, maka saya sering melawati depan klinik ini.

Kunjungan pertama saya lakukan dua minggu lalu, setelah mengalami sakit mata sebelah kanan yang sebenarnya sudah saya alami beberapa minggu sebelumnya di Banda Aceh. Mata saya sempat sembuh di Banda Aceh setelah menggunakan obat tetes mata yang saya beli di sebuah apotek di pasar Lambaro Skep.

Satu minggu kemudian saya balik ke Taiwan untuk melanjutkan studi saya di NKUAS setelah 2,5 bulan menikmati liburan musim panas bersama keluarga di Aceh.

Awalnya saya pikir sakit mata saya sudah usai. Ternyata tidak, ketika sedang asyik-asyik mengerjakan tugas di depan laptop, mata saya tiba-tiba perih dan merasa ada benda asing di dalamnya.

Karena berada di Taiwan, tentu saya tidak akan membeli obat tetes mata di apotek sebagaimana biasanya di Aceh. Saya lansgung saja pergi ke dokter mata, yaitu ke klinik Dr. Tung itu. Hal ini karena membeli obat mata di apotek, di samping bisa salah beli, harganya juga bisa lebih mahal.

Bayangkan saja, jika kita berobat ke klinik, maka dengan biaya 150 NTD kita sudah mendapatkan layanan pemeriksaan dengan alat yang canggih serta lengkap dengan obat-obatnya. Sementara membeli obat di apotek harganya pasti lebih dari 150 NTD. Mengingat satu keping Panadol saja berharga 130 NTD. Apalagi obat mata, pasti lebih mahal.

Di klinik lebih murah karena harganya sebagian besar ditanggung oleh Asuransi Nasional Taiwan (National Health Insurance) yang setiap penduduk Taiwan, maupun warga asing yang tinggal di Taiwan, wajib memiliki Asuransi Kesehatan Nasional ini.

Pada kunjungan pertama ke klinik tersebut, saya dilayani oleh dokter perempuan yang masih tergolong muda. Mata kanan saya yang sakit itu dicek dengan menggunakan alat semacam alat pengukur untuk membuat kacamata itu.

Dari hasil cek, dia bilang bahwa mata saya memang ada masalah di kornea. Kata dia, itu mungkin saja karena saya sering mengucek-ngucek mata. Memang iya, saya sering mengucek mata ketika sedang bekerja di depan komputer jika mata mulai lelah dan terasa gatal. Ini saya lakukan di luar kesengajaan, reflek begitu saja.

Pada kunjungan pertama itu, saya diberikan dua macam obat tetes mata yang harus saya pakai empat kali sehari. Karena ada dua obat tetes mata, maka pemakaian kedua obat itu harus diselang selama lima menit setelah obat yang pertama.

Baru kali ini saya memperoleh obat yang harus digunakan empat kali sehari. Awalnya bingung menentukan kapan harus menggunakannya. Tapi setelah beberapa hari, akhirnya saya putuskan menggunakannya pada waktu sehabis shubuh, segera setelah shalat Zhuhur, setelah shalat magrib, dan jam 12 malam sebelum tidur. Totalnya empat kali.

Tiga hari setelah kunjungan pertama itu, saya masih merasakan mata saya tidak menunjukkan perbaikan, saya masih merasakan perih yang datang dan pergi serta selalu merasakan seolah ada barang seumpama pasir di dalam mata kanan saya itu. Lebih parah lagi, mata kanan saya mengalami blur (blurred vision) setelah tiga hari menggunakan obat itu.

Akhirnya saya menghentikan pemakaian obat itu dan berkunjung ke klinik yang sama itu lagi untuk konsultasi lanjutan. Kali ini, saya di layani oleh dokter yang berbeda, dokter laki-laki. Saya mengutarakan bahwa mata saya sudah blur dan serasa ada benda asing di dalamnya.

Pelayanan kali ini beda, dokter laki-laki ini dengan bahasa Inggrisnya yang sangat lancar melayani saya dengan penuh keakraban dan meyakinkan. Dia memeriksa mata kanan saya. Dia bilang, tidak ada benda asing dalam mata saya, namun dia bilang di kornea mata saya sudah ada flek (dia sebut defect) dan pada bagian dalam kelopak mata sudah memerah. Ini karena ada infeksi bakteri.

Dia menunjukkan flek hitam itu setelah difoto dan ditampilkan pada monitor. Hal ini, kata dia, yang mengakibatkan mata saya serasa ada sesuatu yang mengganjal di dalamnya. Tapi pada kenyataannya tidak ada barang asing di dalam mata saya.

Kemudian dia memeriksa mata kiri saya (ini tidak dilakukan oleh dokter pertama). Nah, ternyata mata saya yang sebelah kiri berisi dua helai bulu mata di dalamnya. Tapi saya tidak merasakan apa-apa di mata kiri saya ini. Dia mengambil dua helai bulu mata itu. 

Selain disinggahi bulu mata yang rontok itu, mata kiri saya dalam keadaan baik-baik saja. Hanya mata kanan saja yang bermasalah.

Pada kunjungan kedua ini, saya diberikan lagi dua obat tetes mata. Dan juga digunakan empat kali sehari. Namun obat kali ini ada bedanya, salah satu tetes mata yang diberikan itu adalah eye lotion yang berfungsi melumasi mata. Mata saya langsung terasa nyaman setelah menggunakan dua obat yang diresepkan dokter ini.

Sudah dua hari saya menggunakan obat ini, dan saya merasa banyak perkembangan. Mohon doanya semoga saya cepat sembuh.
Dua sebelah kiri: Obat dari dokter pertama dan dua sebelah kanan: Obat dari dokter kedua
Penampakan Klinik mata Dr. Tung dari depan. Foto: Google Map.

1 comment:

  1. Assalamualaikum kak, kalau periksa mata trus dianjurkan pakai kacamata , kacamata tsb di tanggung NHI tidak ?

    ReplyDelete