Saturday, June 14, 2025

Perawatan

Perawatan itu penting. Makanya di perkuliahan teknik mesin selalu ada matakuliah perawatan. Karena memang semua perlu dirawat. 

Ada yang bilang begini. Kalau beli baru, hampir semua kita sanggup. Kalau tak ada uang tunai, kredit pun jadi. Yang penting sepeda motor atau mobil kita punya.

Tapi setelah motor di tangan. Timbullah penyakit. Malas merawat. Malas ganti oli. Atau dicuci pun kadang hampir ga pernah. Plat polisi yang miring bergelantungan karena salah satu bautnya lepas, pun dibiarkan begitu saja.

Jadi pantas saja motor hanya sekali air saja bertahan. Setelah itu terseok-seok antara hidup dan mati. Tampa perawatan, motor sekarang hanya bertahan setahun saja.

Kalau sudah begitu biasanya yang dilakukan bukannya merawat, tapi beli baru. Dan kredit lagi. Padahal kredit awal kadang baru saja usai.

Motor saya. Jupiter MX besutan Yamaha tahun 2007, sampai sekarang masih jos. Mungkin sekarang agak kurang menarik karena catnya sudah memudar.

Tapi cintaku padanya belumlah memudar. Dia saya rawat terus. Saya cuci di doorsmeer kalau sudah kotor. Membuat ia selalu memesona.

Friday, June 13, 2025

Hujan

Sore ini hujan. Di Blang Jruen dan sekitarnya. Saya ikut senang. Dan saya yakin para petani yang sudah berkeras hati menanami sawahnya juga ikut lebih senang. Walaupun irigasi sudah lama rusak dan tak dapat diharapkan kapan ia selesai.

Sekarang mereka hanya mengharapkan hujan untuk sawah mereka. Soal irigasi Bendungan Krueng Pasee yang telah lama rusak itu, mereka malah sudah mulai melupakannya. 

Di kedai kopi. Tema tentang bendungan itu sudah tak menarik lagi untuk dibahas. Lupakan saja. Buat apa dipikirkan. Karena mereka memang tidak sanggup pikir itu. Mereka masyarakat lemah.

Sakit kalau sudah terlalu maka tidak berasa lagi. Benar kata pepatah orang tua-tua dulu: alah bisa karena biasa. Artinya kalau sudah terbiasa, racun pun tak manpan lagi.

Mereka para petani sekarang hidup tanpa bersawah sudah bertahun-tahun. Padahal, tak ada mata pencaharian mereka selain menanam padi. Untuk bertani jenis lain pun mereka tak tahu mau mulai dari mana.

Mau tanam ubi, buat pagarnya pakai uang dari mana? Tanpa pagar tanaman bisa dibeslah ternak. Masa panen ubi bisa setahun. Sebelum itu mereka makan apa? 

Maka mereka berpencar mencari pekerjaan harian. Asal cukup buat beli beras maka sudahlah tenang hati mereka. Meski tidak sanggup beli lauknya

Mereka hidup dalam kesulitan tapi berusaha untuk tetap tersenyum. Benar-benar tersenyum dengan senyuman semanis mungkin. Sehingga orang lain tak percaya mereka sedang dihimpit kesusahan

Wednesday, June 11, 2025

Memilih Jurusan Kuliah

Saya melihat, ini sebuah masalah. Anak-anak kita dalam memilih jurusan kuliah selalu "meuroen-roen", artinya cuma ikut-ikutan saja. Tidak punya alasan apapun mengapa mereka harus pilih jurusan itu.

Saya ingat ketika dulu ponakan saya yang cewek, saya anjurkan untuk memilih jurusan guru seni di Unsyiah (sekarang USK). Walaupun dengan berat hati, dia memilih jurusan itu, dan keterima.

Di awal-awal dia kuliah, dan saya juga lagi kuliah doktor di Taiwan, ketika sekali waktu saya hubungi dia, dengan nada kecewa dia bilang bahwa ada yang bilang jurusan tersebut sulit sekali ada peluang kerja.

Ketika saya tanya siapa yang bilang begitu, abang-abang di fotokopi jawabnya. Agak saya marahi dia saat itu, saya bilang bahwa saya menyuruhnya kuliah di situ setelah melihat peluang yang ada. 

Kala itu di Blangjruen dan sekitarnya tidak ada guru seni di sekolah-sekolah. Sehingga pelajaran seni diajarkan sekenanya saja oleh guru-guru mata pelajaran lain. 

Setelah ia lulus baru dia mengakuinya. Ketika teman-temannya masih sulit cari tempat honor, dia malah diminta mengajar di beberapa sekolah. Sekarang sudah PPPK di SMK N 1 Tanah Luas. 

Kasus kedua, tapi kali ini saya tidak berhasil membujuk ponakan saya yang cowok. Saya bilang ke dia, agar kuliah saja di jurusan Sastra dan Bahasa Aceh di UNIKI. 

Saya sampaikan ke dia, ini jurusan pasti jarang tergores di benak anak-anak lulusan SMA. Dan tentu pasti tidak banyak lulusannya. 

Padahal setiap kabupaten setidaknya kita punya MAA (Majelis Adat Aceh). Majlis itu seharusnya diisi oleh sarjana yang memang sebidang dengan itu, selain oleh praktisi budaya. 

Ditambah lagi pelajaran Bahasa Aceh di sekolah juga ada. Dan saya yakin lagi, pelajaran bahasa Aceh di sekolah-sekolah diajarkan seadanya saja oleh guru-guru lain. 

Walaupun saya katakan seperti itu, dia tetap ga mau. Mungkin kalian atau anak kalian mau? 

Tuesday, June 10, 2025

Manfaat Mati Listrik

Tadi malam, kira-kira pukul 9, tiba-tiba listrik mati di wilayah Blangjruen. Matinya lumayan lama. Saya lagi di pasar kala itu. Seorang anak kecil dengan wajah kecewa bertanya ke saya, "Apa manfaatnya mati lampu ya?"

Saya agak bingung menjawabnya. Akhirnya saya jawab seadanya saja sambil berkelakar, "manfaatnya biar gelap." Saya jawab itu sambil tertawa. Anak itu juga tertawa. 

Tapi ketika sampai di rumah, saya jadi kepikiran dengan pertanyaan anak yang masih polos itu. Terlintas di pikiran saya bahwa, ternyata anak-anak percaya betul bahwa semua kejadian di dunia ini harus ada manfaatnya. 

Dan, dugaan saya, dia akan puas dan menerima, kalau seandainya tadi malam saya mampu memaparkan manfaat dari mati listrik itu. Kalau bukan manfaat, tentu dia sudah mengerti sendiri. Tidak perlu saya jelaskan. 

Pikiran saya juga mengular terus, menerawang jauh. Sehingga sampai pada pertanyaan, "Bukankah, selama ini, orang yang kita anggap pinter, adalah orang yang mampu melihat manfaat dari sesuatu yang sangat buruk sekalipun?"

Monday, June 9, 2025

[Peristiwa Parang Sikureung] Jiwa

Ada masalah dengan kita. Ketika yang sakit itu adalah fisik, kita cepat-cepat cari obat ke mantri, dokter, atau klinik spesialis. Tapi giliran jiwa yang sakit, banyak orang abai.

Padahal sama seperti fisik atau badan, jiwa bisa juga menjadi sakit. Dan dia butuh pengobatan yang tepat. 

Yang sering terjadi di kita, jika ada orang mengalami kelainan jiwa, yang dituju malah bukan medis, melainkan dibawa ke dukun, yang kerap akan menambah persolan baru. 

Hari ini (9/6/2025), di jembatan Parang Sikureung, Matangkuli, Aceh Utara, banyak orang berkerumun di sana. Kata salah satu orang di situ, ada anak tenggelam di sungai Keuretoe. Kabarnya, anak yang nahas itu loncat sendiri ke sungai. Dikatakan lagi, anaknya ada kelainan jiwa.

Ketika saya tanyakan adakah yang melihat ketika ia lompat? Mereka menjawab tidak. Cuma, kata mereka, ditemukan sandal dan sepeda motornya diparkir di atas jembatan. 

Lagipula, yang lain berkata, kata orang tuanya, dia sudah beberapa kali mau mengakhiri hidupnya dengan cara mencoba lompat ke sumur. Dan dia juga pernah menyatakan bahwa ada bisikan kalau ia harus terjun ke sungai.

Terlepas dari benar dan tidaknya kabar khalayak itu, sekarang para tim SAR telah turun ke lokasi dan sedang mengobok-obok air sungai agar mayatnya bisa terapung ke atas. Sampai saat ini belum ada kabar anak itu ditemukan.

Dari kabar yang saya terima tadi. Kalau memang itu benar. Memang itu gejala gangguan jiwa: merasa diri tidak berarti, tidak bermanfaat, merasakan adanya bisikan-bisikan, dan ujungnya ingin mengakhiri hidup.

Sebetulnya itu bisa diobati jika masyarakat kita sadar dan tahu bagaimana gejala-gejala gangguan jiwa. Kadang masih bisa diobati dengan terapi psikologis, dan kadang kalau sudah agak parah perlu dibantu dengan obat di spesialis kejiwaan (SPKJ).

Terus terang. Di wilayah Blang Jruen dan sekitarnya banyak penderita gangguan jiwa. Mulai dari psikosomatis: night attack, gangguan kecemasan biasa/umum, dan ada beberapa yang sudah pada tingkat skizofrenia (gila). 

Dan sayangnya, mereka tidak mendapatkan edukasi dan pengobatan yang tepat. Anda semua tahu, sebenarnya ini tugas siapa.