Thursday, October 1, 2015

Uang Receh Dan Dompetnya Di Taiwan

Kalau berbicara soal uang receh, pasti akan terdengar sepele di telinga kita orang Indonesia. Ini wajar, karena uang receh di Indonesia tidak begitu berharga. Kalau kita berbelanja, hanya di supermarket saja kita sering menerima kembalian uang receh. Sementara di pasar tradisional, sebagian besar harga dibulatkan saja menjadi ribuan, atau, paling tidak, ke limaratus rupiah.

Memang mata uang kita kecil harganya. Tapi sedikit lebih baik dari mata uang Vietnam. Di kampung saya, Aceh, pecahan dua ratus rupiah tidak laku lagi di pasaran. Enam bulan yang lalu ketika pulang ke Aceh, saya punya beberapa uang pecahan dua ratus rupiah, ketika saya kasihkan ke keponakan saya yang kecil, ternyata dia tidak mau. "Pecahan dua ratus rupiah tidak laku lagi, Cek Man!" kata kepokanku itu. Sontak saya kaget. Padahal di daerah lain masih laku. Koin Rp200 dikumpul jadi seribu rupiah bisa dapat sepotong kue.

Hal serupa tentu tidak terjadi dengan mata uang Taiwan. Mata uang Taiwan mulai dari pecahan 50 NT sudah dalam bentuk koin, dan dengan uang segitu cukup buat sekali makan satu porsi nasi vegetarian. Itu artinya, uang koin di Taiwan masih merupakan pecahan yang bernilai. Oleh karena itu, setiap harinya kita akan selalu memiliki uang koin, yang kadang-kadang jumlahnya menjadi banyak, karena ketika berbelanja terkadang kita malas mengeluarkan uang koin, kemudian menggunakan uang kertas dan dapat kembalian uang koin lagi. Akhirnya, kadang saku celana menjadi berat penuh koin.

Dulu, ketika baru tiba di Taiwan, saya terus terang kewalahan menghadapi uang koin ini. Mau saya bawa terus, saku menjadi berat. Dan juga kadang-kadang malas meraba-raba kantong untuk mengambil uang koin  dan menghitungnya ketika antre di kasir. Sementara uang kertas tentu lebih cepat menngambilnya dari dompet dan langsung kasihkan ke kasir.

Pada saat itu saya belum kepikiran untuk membeli kantong uang receh yang ternyata banyak dijual di pasaran. Karena baru saja tiba di Taiwan, tentunya pikiranku masih mengindonesia, tidak pernah bermasalah dengan uang receh yang banyak. Sampai pada akhirnya, saya melihat teman-teman sudah membeli kantong itu dan mereka mengggunakannya kemanapun mereka pergi.

Melihat itu, saya bertanya karena berniat mau membelinya juga. Tapi teman saya ternyata berbaik hati, dia memberinya satu untuk saya, tentu dengan menggantikan uangnya. Sampai sekarang kantong uang receh itu masih saya pakai selalu.

Jadi, selama di Taiwan saya memiliki dua dompet: dompet uang kertas dan kantong uang receh. Dengan mengisi ke kantongnya, uang receh lebih mudah diambil karena tidak berserakan di saku.
Kantong uang receh dan dompet (Maaf, kotor sekali kantong uangnya, karena sepanjang hayatnya belum tersentuh air)

No comments:

Post a Comment