Saturday, June 14, 2014

Cerita Yang Berakhir Pada Sepiring Nasi

Hari ini mungkin hari yang paling keren selama aku tinggal di Taiwan. Semalam tidak tahu mengapa aku tidak bisa tidur. Apakah gara-gara kangen istri atau ada masalah lain ?. Tidak, Aku kangen sama istriku.

Seperti biasa kalau aku tidak bisa tidur ujung-ujungnya lapar. Namun aku sangat menghindari makan larut malam, apalagi makan mie instan yang hanya diseduh dengan air panas, kecuali kalau sudah darurat sekali.

"Besok saja lah makannya," aku bergumam sendiri di kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 malam. Lantunan suara khas Rhoma Irama ,idolaku, terdengar sayup-sayup dari laptop kecilku.

Kala itu pikiranku sudah berada di awang-awang dan tiba-tiba hilang. Aku tertidur rupanya, namun belum begitu pulas.

"Allahu Akbar Allahuakbar !". Suara azan shubuh menggema dari telepon selulerku. Jam menunjukkan pukul 3.45. Aku terbangun dan mematikan suara azan itu.

Tidak apa-apa kan dimatikan ?. Itu kan hanya sebagai alarm saja. Namun kalau yang azan itu benaran yang jangan dimatikan lah.

Aku bergegas bangun untuk mengambil wudhu serta shalat shubuh. Setelah itu aku tidur lagi. Kali ini aku ternyata bisa langsung terlelap.

Kira-kira enam jam kemudian, tepat jam 10:15 pagi alarm HP-ku berbunyi lagi. Aku mematikan alarmnya. Tetapi aku tidak mau tidur lagi, walaupun masih tetap di kasur sambil memainkan telepon genggamku.

Aku di kasur sampai azan zhuhur berkumandang lagi di HP yang sedang aku pegang itu. Tepat jam 11:58.

Nah, saat itu baru aku beranjak dari kasur untuk mandi gabungan, mandi pagi dan siang. Selesai mandi langsung berwudhu untuk shalat zhuhur.

Setelah shalat zhuhur aku membuka jendela kamarku."Waduh, ternyata hujan lebat," kataku dalam hati

Di luar hujan rupanya. Namun kalau jendela kamar tertutup suara dari luar tidak begitu terdengar ke dalam kamar. Jendela semi kedap suara.

Walaupun hujan, aku tetap mengenakan baju untuk keluar. Lapar, rencana mau langsung warung makan.
Namun aku mau ke lab dulu sebelum keluar. Ini adalah kebiasaanku untuk sowan dulu ke lab sebelum pergi ke tempat lain.

Saat berjalan dari asrama ke lab hujannya tidak lebat. Masih bisa dilalui dengan persentase basah yang tidak signifikan.

Setelah aku sampai di lab ternyata hujan malah melebat. Aku tidak bisa keluar. Sampai jam 14:30 baru aku bisa keluar karena hujan sudah sempurna berhenti.
Aku keluar dari lab menuju parkiran sepeda. Namun belum sampai setengah perjalanan. "Ah, kunci tinggal di lab," gumamku sambil meraba-raba saku celana.
Aku kembali ke lab. Sampai di di lab aku mencari kunci di atas meja dan tidak mendapatkannya. Kemudian aku meraba leherku. Betapa jengkelnya aku. Ternyata kunci dari tadi sudah terkalung di leherku. Ghrrrrr...!

Aku langsung bergegas keluar. Sudah lapar, mau cepat-cepat makan. Namun sayang, sekitar 14-an kalau ke warung vegetarian hampir tidak ada lagi yang bisa di makan. Pasti yang tertinggal hanya sisa-sisa sayur yang sudah tidak jelas lagi bentuknya.

Oleh karena itu, aku pergi ke masjid saja lah. Aku mau makan di resto muslim yang ada di masjid itu.

Aku mengayuh sepeda lebih cepat dari biasanya karena takut kalah cepat dengan hujan. Aku berhasil, aku sampai di sana dengan selamat dari siraman hujan.

Sampai di sana aku langsung memesan nasi berlauk rendang, dadar telur, kentang, dan sambal taoco. Porsi bunuh diri ini ceritanya.

Ini ceritaku hari ini, cerita berhenti pada sepiring nasi di Resto Muslim di Mesjid Besar Kaohsiug.
Ini menu makan siang aku hari ini 

No comments:

Post a Comment