Di Taiwan, saya mendadak mengidolakan buah ini. Hampir setiap minggu saya membelinya. Padahal di Indonesia saya jarang-jarang mengkonsumsinya. Salah satu alasan adalah malas untuk mengupas kulitnya. Buah ini banyak mengandung air yang lengket pliket membuat enggan untuk disentuh.
Namun di Taiwan lain cerita, penjual nanas melayani pengupasan gratis untuk pelanggannya. Kita tinggal pilih saja kemudian ditimbang untuk penentuan harga. Setelah itu pedagang akan menanyakan apakah mau dikupas atau tidak. Kalau mau tinggal mengangguk, sebentar saja jadi. Kita tinggal terima beres dan siap dimakan. Nanas sudah dipotong-potong dan dimasukkan ke kantong plastik lengkap dengan penusuk kayu dan siap dimakan.
Uniknya, di Taiwan, tengah (inti) nanas tidak dibuang melainkan ikut dimakan. Di samping tidak keras ternyata rasanya juga enak. Menjadi semacam penyeimbang untuk rasa manis dan asam pada dagingnya. Begitu yang aku rasakan ketika memakannya. Padahal kalau di Aceh, tengah nanas pasti dibuang.
Soal harga tidak begitu mahal, sekitar 40-50 NT/buah, tergantung beratnya setelah ditimbang. Saya kemarin membeli yang berukuran sedang harganya 46 NT. Lumayan murah untuk standar luar negeri.
Pedagang buah sedang menguliti nanas. Saya foto malah eksyen. Narsis juga, hahaha |
No comments:
Post a Comment