Hari ini saya mencoba memasak nasi kuning di lab dengan rice cooker uap mini kepunyaanku. Bumbu nasi kuning yang terlanjur beli kemarin sore ternyata berguna.
Walaupun setengah gagal, tapi rasanya lumayan enak. Saya membeli telur dadar dan bakwan di warung vegetarian sebagai temannya. Rasa menjadi sedikit tajam dengan sedikit pedas dari gamitan sambal hijau. Terasa sangat nikmat, minimal untuk anak kos.
Di lab, kami memang sering memasak. Teman Vietnam malah hampir tiap hari mereka memasak di lab yang ber-ac dan tanpa saluran pengisap pembuang ini. Bukan hanya memasak nasi, tetapi juga menggoreng telur. Jika sedang memasak, pintu lab dibuka agar baunya bisa langsung keluar.
Sementara saya hanya memasak nasi saja, itu pun kadang-kadang saja kalau lidah sudah bosan dengan masakan di warung vegetarian yang rasa dan menunya tidak berubah-ubah dari hari ke hari.
Tinggal di asrama mahasiswa seperti saya memang agak sulit. Di asrama kita tidak diijinkan untuk memasak. Pun dapur umum untuk mahasiswa asing belum tersedia. Jadi, mencuri-curi memasak di lab adalah jalan satu-satunya.
Sebenarnya, di lab juga dilarang untuk memasak, namun tidak terlalu keras. Hanya di lab kami saja terlihat ada mahasiswa yang memasak.
Memang lab kami, CAE , agak sedikit besar dan memiliki kulkas juga. Sehingga makanan dan bumbu-bumbu masak dapat kami simpan di situ. Jadi, lab kami sangat cocok untuk ruang belajar sekaligus dapur darurat.
Telur dadar , sambal hijau , dan nasi kuning karya saya hari ini. Kuningnya tidak merata |
No comments:
Post a Comment