Tuesday, April 28, 2015

Sang Pelupa

Kalau berbicara masalah lupa, mungkin saya rajanya. Saya pelupa berat. Dulu sebelum menikah ibu saya yang jadi pengingat. Kalau sudah terlihat mau keluar pintu untuk berangkat kerja, langsung ibu mengingatkan, hape dibawak ga itu ? dompet sudah ? terus apa lagi yang tinggal coba dicek.

Begitulah aku diinterogasi sebelum motor bebek Jupiter butut kesayanganku menyala. Kalau tidak diingatkan, biasanya ada saja yang tertinggal. Kadang-kadang belum 5 menit berangkat balik lagi ke rumah karena ada yang belum terbawa.

Setelah menikah, istri saya yang mengambil alih pekerjaan yang mulai itu. Di awal pernikahan, saya langsung memberitahukan istri bahwa saya pelupa. Saya bilang apa-apa saja yang tidak boleh saya tinggalkan ketika berangkat kerja. Begitu juga ketika mau berangkat balik kuliah ke Taiwan, saya ingatkan ke dia bahwa yang tidak boleh tinggal adalah paspor, KTP Indonesia, ARC, dan kartu NHI (National Health Insurance). Maka sebelum saya berangkat dompet saya diperiksa untuk memastikan semua itu ada di dalam.

Dulu waktu kuliah di Jogja, Ibu kos saya juga tak jarang menyimpan kunci motor yang saya tinggalkan di bawah. Kalau sudah kelihatan hilir-mudik mencari sesuatu, ibu kos langsung bilang, "Man, itu kunci motormu saya cantelkan (gantungkan) di paku"

Nah, sekarang saya kuliah di Taiwan, siapa yang mengingatkan ? tidak ada. Makanya saya sering sekali meninggalkan barang di manapun saya singgah. Botol air, sering saya tinggalkan di warung Pak Zainal Abidin. Untungnya disimpan sama Ibu Zainal dan besok saya ambil lagi. Botol minuman itu juga sering tertinggal di lab ketika pulang ke asrama dan tinggal di asrama kalau mau pergi ke lab. Asyik sekali hidupku bukan ?

Untungnya, kunci asrama agak sulit tertinggal di dalam, karena kalau lupa membawa kunci berarti tidak bisa keluar karena kartu pembuka pintu asrama se-karangan dengan semua kunci, termasuk kunci lab, sepeda, dan kunci laci. Tapi di luar asrama sering juga tertinggal, kunci-kunci itu pernah tertinggal di Seven Eleven dan untungnya diselamatkan oleh pelayan.

Menyadari sebagai pelupa, karangan kunci saya kasih gantungan dengan warna yang mencolok, merah jambu, serta ukuran yang lumayan besar agar mudah dicari kalau tercecer. Merah jambu jarang dipakai untuk gantungan kunci. Tapi aku memakainya agar mudah terlihat ketika lupa di mana meletakkannya.
Gantungan kunci seorang pelupa

No comments:

Post a Comment