Hari ini, di penantian bus (bus stop) di belakang kampusku, Kaohsiung, Taiwan Selatan, aku melihat fenomena yang serupa; sudah ada kursi tempel yang ditaruh di sana. Kursinya tak seragam; ada dua kursi rotan dan satu kursi busa.
Aku tertawa lirih melihatnya. Saya yakin ini bukan kursi resmi yang diletakkan oleh dinas perhubungan kota. Melainkan inisiatif masyarakat yang merasa jengkel karena harus berdiri puluhan menit hanya untuk menunggu seonggok bus.
Atau ini merupakan sebentuk protes agar dinas terkait memasang bangku permanen untuk para calon penumpang dengan sedikit atap untuk berteduh. Karena kasihan betul, mengingat sebagian besar lansia di Taiwan menggunakan transportasi umum untuk melangkah kemana-mana. Karena mobil pribadi pun sudah tak mungkin lagi mereka gunakan sekalipun mereka punya banyak uang.
Jangankan mereka sebagai orang tua yang tak berdaya, saya saja kalau menunggu bus di penantian itu, biasanya saya berdiri dulu di emperan toko untuk berlindung dari sengatan matahari. Ketika bus sudah terlihat di kejauhan, saya bergegas menuju penantian. Hal ini tentu sangat sulit dilakukan oleh lansia dimana mereka hanya sanggup berjalan bagai siput.
Tak ada cara lain bagi mereka selain terpaksa berjemur di situ dengan dua kaki lemah menopang tubuhnya. Kasihan, karena ada beberapa dari mereka yang terlihat gemetar kalau berdiri lama.
Maka, dengan adanya kursi tempel ini, mereka sudah bisa duduk walaupun masih harus melawan panas yang menyengat. Untuk jangka panjangnya, pihak terkait pun pasti akan tersinggung, terus berpikir untuk membuat penantian bus yang ramah lansia di kawasan ini.
Atau ini merupakan sebentuk protes agar dinas terkait memasang bangku permanen untuk para calon penumpang dengan sedikit atap untuk berteduh. Karena kasihan betul, mengingat sebagian besar lansia di Taiwan menggunakan transportasi umum untuk melangkah kemana-mana. Karena mobil pribadi pun sudah tak mungkin lagi mereka gunakan sekalipun mereka punya banyak uang.
Jangankan mereka sebagai orang tua yang tak berdaya, saya saja kalau menunggu bus di penantian itu, biasanya saya berdiri dulu di emperan toko untuk berlindung dari sengatan matahari. Ketika bus sudah terlihat di kejauhan, saya bergegas menuju penantian. Hal ini tentu sangat sulit dilakukan oleh lansia dimana mereka hanya sanggup berjalan bagai siput.
Tak ada cara lain bagi mereka selain terpaksa berjemur di situ dengan dua kaki lemah menopang tubuhnya. Kasihan, karena ada beberapa dari mereka yang terlihat gemetar kalau berdiri lama.
Maka, dengan adanya kursi tempel ini, mereka sudah bisa duduk walaupun masih harus melawan panas yang menyengat. Untuk jangka panjangnya, pihak terkait pun pasti akan tersinggung, terus berpikir untuk membuat penantian bus yang ramah lansia di kawasan ini.
Penantian bus di belakang kampus NKUAS, Kaohsiung, Taiwan Selatan, dengan tiga kursi tempel. |
No comments:
Post a Comment