Tuesday, August 9, 2016

Trotoar di Taiwan

Jika kita jengkel akan kondisi trotoar di Indonesia yang banyak dipakai pedagang untuk menjajakan dagangannya, sehingga hampir tak bisa dipakai untuk berjalan kaki, maka sampai di Taiwan ternyata nasib trotoar itu tak lebih baik dari yang kita bayangkan.

Saya melihatnya di Kaohsiung, kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei, trotoar di sini hampir tak berfungsi sama sekali. Dan, malah hampir tak berwujud. Atau malah memang tidak diniatkan untuk trotoar. Saya terus terang bingung untuk hal ini. Area yang kuduga sebagai trotoar, semuanya ditutupi parkiran sepeda motor, atau malah tempat rongsokan kereta angin.

Uniknya, cukup lama sudah saya amati, genap tiga tahun, sepertinya memang pejalan kaki di Taiwan tak berharap untuk berjalan di trotoar. Jika ingin berjalan kaki, maka emperan tokolah yang menjadi penggantinya.

Di sini toko biasanya akan menyisakan ruang kecil selebar dua ukuran tubuh manusia normal antara pedagang kaki lima dan pintu toko. Di situ kita akan berhimpit-himpitan saat berjalan kaki. Begesek-gesekan satu sama lain

Terkadang jika ada pejalan kaki yang berbadan besar, maka salah satu harus mengalah untuk menghindari tabrakan. Biasanya saya yang mengalah. Kondisi emperan toko semacam ini akan cepat dipahami jika Anda pernah mengunjungi jalan Malioboro di Jogjakarta. Seperti itulah wujudnya.

Yang namanya emperan toko, tentu area ini adalah kepunyaan pribadi. Bukan ruang umum. Karenannya, terserah mereka bagaimana emperan itu mau dibuat dan ditata. Terkadang ditinggikan, adakalanya dikeramik, atau malah ditutup jika ada sesuatu yang ingin dikerjakan.

Yang paling mengesalkan saya adalah peninggian emperan. Walau tak pernah aku hitung, pernah beberapa kali aku tersandung dari karena lantai yang tiba-tiba meninggi dan terlempar ke bawah karena tiba-tiba lantai merendah.

Ini belum lagi ada anjing piaraan mereka yang segede-gede gaban tidur melintangi lorong sempit itu dengan lidah basah menjulur-julur. Untuk kasus anjing ini, aku pasti mengalah dan turun ke pinggir jalan untuk menghindar dan masuk lagi ke emparan setelah melewatinya.

Aku mulai merasakan pentingnya trotoar di Taiwan ini setelah kecurian sepeda dua semester lalu, yang memaksakan aku harus berjalan kaki ke warung makan dan minimarket. Sebelumnya, aku agak cuek bebek dengan trotoar. Mau beli sepeda baru, saya sudah ogah!
Trotoar yang dipenuhi kotak panel dan sepeda motor
Trotoar dengan sepeda rongsokannya

No comments:

Post a Comment