Thursday, September 15, 2016

Taiwan Negara Taifun

Di saat saya sedang sibuk dan takzimnya belajar di laboratorium, gawai saya berdering. Surat elektronik dari kantor urusan mahasiswa internasional kampus, masuk. Berisi pengumuman, bahwa besok (14/09) taifun akan datang, semua kelas dan kegiatan kampus dibatalkan. Saya hanya menyambut berita ini datar saja, tidak begitu cemas. Namun, tidak juga abai akan bahayanya, karena selama tiga tahun saya di Taiwan, sudah dua kali saya mengalami taifun. Dan kondisinya memang lumayan menakutkan. Tidak berani berlama-lama di luar rumah.

Taiwan ini memang langganan taifun yang selalu datang saat musim panas tiba. Sebulan yang lalu taifun Netarpak juga telah menghantam kota Taitung yang mengakibatkan tiga orang meninggal dan 142 luka-luka sebagaimana dilansir CNN. Dan besok (14/09), taifun yang bernama Meranti diprediksi juga akan melewati Kaohsiung, kota dimana saya belajar sekarang. Warga dihimbau untuk berhati-hati. Karenanya, untuk alasan keamanan, manajemen kampus saya menghentikan semua aktivitas belajar-mengajar untuk besok.

Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Biro Pusat Cuaca Taiwan, kecepatan angin dari taifun Meranti ini sebesar 7 pada skala Beaufort, yaitu berkecepatan mulai 51 sampai 61 kilometer per jam. Saya belum tahu seseram apa angin secepat itu. Tetapi yang jelas taifun kali ini istimewa bagi saya. Yang pertama, masih dalam nuansa Iduladha. Dan yang kedua adalah, pusat taifun yang bernama Meranti ini berjalan dari Laut Tiongkok Selatan menuju barat merayap tepat di atas punggung kota Kaohsiung. Padahal dulu, Kaohsiung hanya mendapatkan pinggir taifunnya saja, namun sudah begitu menakutkan.

Hembusan anginnya sangat kencang. Arah angin berubah-ubah tak menentu, bolak-balik dan kadang berputar. Pohon-pohon di taman kampus terhempas kesana-kemari, mengibaskan pucuk-pucuknya ke bangunan tinggi di sampingnya dan menghasilkan suara gemuruh dan kelepak. Terkadang suara decit seperti suara peluit melengking tatkala angin mengalir dengan kecepatan tinggi menyusuri seluk-seluk antar bangunan tinggi kota, benar-benar menimbulkan kesan seram.

Dalam kondisi semacam ini, tentu hanya orang dengan kenekatan tingkat tinggi saja yang berani keluar rumah. Kaohsiung sebagai kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei, dengan bebangunan tingginya, sangat berbahaya dilalui saat taifun sedang menghantam kota. Dengan hembusan angin yang sangat kuat, sulit menjamin bagian-bagian bangunan tidak jatuh dan menimpa siapa saja yang ada di bawahnya.

Untuk menghadapi keadaan genting ini, untungnya, pemerintah Taiwan selalu mewanti-wanti warganya untuk berhati-hati saat taifun. Dan informasi akan waktu, lokasi, dan kekuatan angin pun selalu diberikan dengan akurat dari jauh-jauh hari. Jika pemerintah menyatakan taifun akan datang, maka insya Allah akan datang tepat sesuai perkiraan. Warga dan mahasiswa pun bisa bersiap dengan menyimpan makanan berupa mi instan atau roti seandainya nanti benar-benar mereka tidak bisa keluar rumah.

Dan yang paling mengesankan saya ketika taifun di Taiwan adalah, listrik di sini tetap menyala dan tak sekelebat pun berkedip, sekalipun di luar sana angin mengamuk sepanjang hari dan malam. Dan juga mobil truk sampah dengan suara musik khasnya tetap datang menyapa warga, yang siapa tahu tetap menunggunya dengan tentengan kantong sampah di tangan sekalipun badai menerjang.
__________
Tulisan ini saya buat kemarin, 13 September 2016. Saat ini 14 September 2016, taifun cukup mengerikan sedang terjadi di luar sana. Sesuai prediksi. Tapi, sekalipun badai, listrik dan internet tetap aktif.

No comments:

Post a Comment