Monday, October 19, 2015

Di Sebuah Toko Swalayan Langganan Saya, Kaohsiung Taiwan

Di sebuah toko swalayan sekitar NKUAS, saya mengambil sewadah biskuit di rak yang berisi kue-kue kering. Biskuit itu coklat warnanya; seukuran dan berbentuk koin Rp500; tepinya berbiku-biku seragam sebagai lipatan tutup botol limun; tujuh lubang kecil melengkapi lempengan biskuit itu. Malam ini, saya hanya ingin membeli biskuit yang saya duga berasa coklat itu.

Saya berbaris mengantre di kasir dengan menenteng botol biskuit yang bertampuk itu dengan tangan kanan saya . Setelah berselang tiga orang, giliran saya pun tiba. Kasir itu melihat wajah saya seraya tersenyum dan mengulurkan tangannya mengambil biskuit itu.

Hal yang beda dia lakukan untuk biskuit pilihan saya itu sebelum didekatkan ke alat pemindai harga. Dia membaca daftar kandungan yang ada di wadah biskuit tersebut. Bibirnya bergerak-gerak mengeja setiap baris karakter Mandarin yang ada di tabel itu.

"Ada kandungan telur, boleh?" dia bertanya kepada saya dalam bahasa Mandarin. "Boleh," jawabku. "Ok, tidak mengandung babi," pungkasnya sambil meletakkan barcode ke pemindai harga. Harganya 79 NT. Saya pun membayar dan keluar toko swalayan itu setelah mengambil kembalian dan setruknya.

Begitulah interaksi saya dengan kasir di toko swalayan langganan saya itu. Mereka sudah sangat mengerti saya yang tidak bisa makan babi. Saya tidak perlu tanya-tanya lagi kandungan yang ada di dalam sebuah penganan yang saya beli. Dia akan mengeceknya sendiri tanpa perlu disuruh-suruh.

Paling-paling, saya hanya perlu bilang," Yang ini ok, ya?" sambil menunjukkan ke arah makanan yang mau saya beli. Dia langsung tahu bahwa maksud saya itu adalah: ini mengandung babi atau tidak?

Kondisi semacam itu tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Pada masa awal berbelanja di situ saya mungkin dianggap pelanggan yang paling cerewet sejagat. Apa saja yang saya beli, pasti kasir akan mendapat serangan pertanyaan: ini mengandung babi apa tidak? Namun dengan pendekatan yang saya lakukan, akhirnya mereka mengerti. Masalah saya hanya babi, kok. Tidak lebih dari itu.

Sekarang saya jadi nyaman berbelanja di situ. Mereka semua bukan hanya sudah hafal wajah saya, tetapi juga mengerti apa yang tidak bisa saya makan. Jika saya yang membeli pasti akan dibacakannya dulu daftar kandungannya. Jika tidak ada kandungan babi, maka akan dijualnya. Sebaliknya, jika mengandung babi, dia akan menganjurkan saya agar mengambil yang lain.

No comments:

Post a Comment