Thursday, October 15, 2015

Telepon Umum Di Taiwan

Tadi malam ketika menunggu bus di Kaohsiung Main Station, saya melihat seorang ibu mendekati salah satu telepon umum yang terpasang di dinding terminal bus itu. Sekeping koin 10 NTD diambil dari sakunya serta dia masukkan ke telepon umum itu.

Sepertinya dia menelepon seseorang yang sedang sibuk. Hal ini terlihat dari beberapa kali dia menelepon tapi tidak ada jawabannya. Setelah lelah mencoba, kemudian dia menutup telepon itu dan mengambil uangnya kembali.

Saya rasa, pemandangan penggunaan telepon umum semacam ini tidak terlihat lagi di Indonesia, kecuali bagi mereka, paling kurang, sudah lahir dan besar di tahun 80-an. Akhir tahun 90-an telepon umum mulai raib dari negara kita.

Telepon seluler adalah biang keladi atas hilangnya pengguna telepon umum itu. Perkembangan teknologi telepon seluler nirkabel benar-benar telah menggeser telepon umum menjadi barang rongsokan yang dianggap tidak berguna lagi.

Namun, saya menangkap ada sebuah keanehan dalam hal telepon umum ini. Apakah benar dia tidak ada lagi manfaatnya? sama sekali? sehingga layak untuk disingkirkan? pemandangan di Taiwan saya rasa bisa menjawab itu.

Jika kita jalan-jalan ke seluruh Taiwan, kita bisa mendapatkan telepon umum di setiap sudut kota dengan mudahnya. Lebih-lebih di terminal bus, stasiun kereta api dan MRT, dan tempat strategis lainnya. Kita masih melihat onggokan telepon umum menempel di mana-mana.

Penggunanya ternyata ya tetap ada, seperti terlihat di terminal tadi malam. Di lain waktu, saya melihat ternyata bukan hanya ibu-ibu yang menggunakan telepon umum itu, anak muda juga ada. Selain itu, ada juga orang asing terlihat menggunakannya, mungkin dia belum memiliki kartu perdana Taiwan.

Di Taiwan ini memang banyak sarana yang sudah menjadi fasilitas publik dijaga keberlangsungan oleh pemerintah. Mulai dari transportasi umum sampai telepon umum.

Dulu, saya pernah diajak oleh pihak kampus NKUAS untuk mengunjungi kantor yang menjadi pusat kontrol MRT di Kaohsiung.  Dari pemaparan mereka, jelas sekali bahwa MRT itu merugi jika melihat jumlah pemasukan dari ongkos yang dibayar masyarakat. Namun karena itu adalah fasilitas publik, maka pemerintah akan menutupinya. Hal yang sama saya kira juga berlaku untuk bus kota dan telepon umum itu.

Siapa percaya telepon umum itu bisa mendapat keuntungan dari koin yang dimasukkan masyarakat? Saya rasa tidak mungkin. Kita tahu bahwa biaya perawatan jaringan sangatlah mahal. Kalau hanya mengandalkan uang receh dalam telepon umum itu, jelas merugi dan telepon pun harus dibongkar.

Tapi toh telepon umum tetap ada di mana-mana di sekujur kota Taiwan. Pasti ada kebijakan untuk tetap menjaga agar dia tetap ada, karena walaupun sedikit, tetap masih ada warga yang menggunakannya.

Jadi, kalau hape kita ketinggalan, habis baterai mendadak dan tidak memiliki power bank, di Taiwan tidak perlu bercemas hati. Kita hanya perlu menyiapkan catatan beberapa nomor penting di luar memori hape untuk menelepon seandainya perlu.

Sementara di Jakarta, sekitar akhir tahun 2004, telepon umum sudah mulai sulit ditemukan. Padahal orang yang punya hape kala itu masih belum banyak. 

Saya masih ingat ketika sedang menunggu kereta api di stasiun Jatinegara. Saya sudah punya hape saat itu, mereknya Siemen. Ketika saya sedang sibuk dengan SMS, seorang bapak mendekati sambil membawa secarik kertas berisi nomor telepon. 

Dia minta tolong dipinjami hape sebentar untuk menelepon ke nomor tersebut. Saya enggan memberikannya dengan alasan yang agak diplomatis. Tapi sebenarnya saya takut hape saya dibawa kabur, karena saya agak kurang percaya dengan tingkah orang yang ada di ibukota itu. Hape juga masih barang yang sangat mewah waktu itu.

Sekarang coba kita dibayangkan, di Jakarta saja pada tahun 2004 sudah sulit menemukan telepon umum. Padahal waktu itu masih banyak yang membutuhkannya. Apalagi sekarang, susah menemukan orang yang tak berhape. Tentu jangan mimpi melihat telepon umum lagi.

Tapi di Taiwan kok masih ada, ya? Jelas ini bukan faktor ekonomi lagi. Bukan masalah laba-rugi lagi. Tapi ini masalah pelayanan publik. Betapa pun sedikit orang yang menggunakannya, bukanlah soal. Telepon umum harus tetap dirawat dan dijaga keberadaannya untuk masyarakat Taiwan.

Jadi, kalau kita pergi ke Taiwan; tiba tengah malam di bandara; semua konter kartu perdana sudah tutup. Kita tidak perlu cemas. Yang harus kita siapkan adalah nomor tujuan dan beberapa koin NTD. Perkara telepon umum, di Taiwan ini sangat banyak bertebaran di mana-mana.
Telepon umum di Kaohsiung Main Station

No comments:

Post a Comment