Di Taiwan ini, segala upacara baik adat maupun pesta biasa, pasti ledakan mercon adalah menu utamanya. Sepertinya, peledakan mercon itu adalah puncak dari segala acara di negeri Formosa ini.
Dan juga letusan mercon itu menjadi semacam sinyal eksistensi sebuah pesta, sebagai pengabar adanya sebuah pesta. Sehingga orang menjadi tahu bahwa sedang ada pesta di bawah deru mercon-mercon itu.
Dan juga letusan mercon itu menjadi semacam sinyal eksistensi sebuah pesta, sebagai pengabar adanya sebuah pesta. Sehingga orang menjadi tahu bahwa sedang ada pesta di bawah deru mercon-mercon itu.
Dikabarkan, peledakan mercon dengan suara dentuman ke udara adalah salah satu budaya dan kepercayaan di Taiwan dalam mengusir setan. Saya jadi berpikir, ternyata setan itu adalah musuh bersama bagi segenap umat manusia. Cuma metode pengusirannya yang beda-beda.
Tidak hanya sampai di situ, kebiasaan kultural dan agamais tersebut ternyata juga menjalar ke acara-acara lain. Seperti pada acara pesta muda-mudi, mercon juga menjadi bumbu sebagai pendongkrak kemeriahan acara mereka.
Sehingga bila kita sedang berada di Taiwan, jangan heran jika hampir setiap hari kita mendengar suara gelegar keras di langit kota-kota Taiwan.
Akibat dari seringnya langit Taiwan disemarakkan oleh ledakan mercon, saya merasa kepekaan telinga saya mulai berkurang terhadap bunyi-bunyi dari langit.
Bukan karena telinga saya rusak. Sama sekali bukan. Tapi suara dentuman di langit yang diterima oleh telinga saya tidak lagi diproses untuk membedakannya: apakah itu suara mercon atau guntur. Secara reflektif saya langsung menganggap itu suara mercon. Padahal mungkin saja itu suara guruh.
Bukan karena telinga saya rusak. Sama sekali bukan. Tapi suara dentuman di langit yang diterima oleh telinga saya tidak lagi diproses untuk membedakannya: apakah itu suara mercon atau guntur. Secara reflektif saya langsung menganggap itu suara mercon. Padahal mungkin saja itu suara guruh.
Saya baru sadar itu beberapa saat yang lalu. Saya lupa kapan terakhir saya mendengar suara guntur di Taiwan. Saya mencoba mengingat-ingat sampai pada kesimpulan: saya tidak pernah mendengar suara guntur di Taiwan. Saya hanya mendengar suara mercon, yang mungkin saja itu suara guntur. Inilah efek dari keseringan mendengar suara mercon bagi saya di Taiwan.
Kondisi yang hampir serupa pernah terjadi ketika Aceh dilanda konflik bersenjata dulu, hampir setiap malam kita mendengar suara dentuman senjata sekelas AK47 dan M16, dan juga kadang-kadang diselingi dengan bom. Maka semua suara letusan, awalnya pasti dikira suara senjata. Sementara di Taiwan, semua letusan pasti akan dianggap suara mercon. Tergantung yang mana sering.
Maka ketika konflik di Aceh sedang panas-panasnya, tidak ada seorang pun yang berani membakar mercon atau meriam bambu yang menjadi ciri khas masuknya bulan puasa di Aceh.
Ketakutan ini sangat beralasan, karena memang sulit membedakan mana suara mercon dan mana suara senjata. Suara mercon bisa dikira letusan senjata dalam kondisi perang seperti itu.
Ketakutan ini sangat beralasan, karena memang sulit membedakan mana suara mercon dan mana suara senjata. Suara mercon bisa dikira letusan senjata dalam kondisi perang seperti itu.
Di saat konflik memang lebih aman menganggap setiap suara ledakan adalah suara senjata ketimbang yang lainnya. Jadi, ketika mendengar dentuman langsung saja mengamankan diri. Ketimbang salah sangka malah nyawa menjadi taruhannya. Karena bisa jadi yang dikira suara mercon malah ternyata suara AK47.
Berbicara tentang mercon tentu berbeda dengan tempat saya itu, Aceh. Walaupun sekarang membakar mercon sudah bisa lagi setelah damai, namun suara mercon itu hanya terdengar di bulan puasa atau menjelang lebaran dan tahun baru saja, sekalipun kebiasaan itu kerap dilarang.
Jadi, dalam kasus di Taiwan, kalau Anda bertanya kepada saya kapan terakhir saya mendengar suara guntur di Taiwan. Jawaban saya, tidak tahu. Namun kalau suara mercon, saat saya sedang mengetik tulisan ini, suara petasan itu sedang menggelar bersahutan di luar sana.
Berbicara tentang mercon tentu berbeda dengan tempat saya itu, Aceh. Walaupun sekarang membakar mercon sudah bisa lagi setelah damai, namun suara mercon itu hanya terdengar di bulan puasa atau menjelang lebaran dan tahun baru saja, sekalipun kebiasaan itu kerap dilarang.
Jadi, dalam kasus di Taiwan, kalau Anda bertanya kepada saya kapan terakhir saya mendengar suara guntur di Taiwan. Jawaban saya, tidak tahu. Namun kalau suara mercon, saat saya sedang mengetik tulisan ini, suara petasan itu sedang menggelar bersahutan di luar sana.
No comments:
Post a Comment