Sudah beberapa hari ini sepeda kesayangan saya, si hitam, telah meninggalkanku. Seseorang yang tidak bertanggung jawab telah mengambilnya dari tempat parkir sepeda di belakang kampusku, NKUAS.
Sepeda yang saya beli dari Mbak Ahong setahun yang lalu itu, terakhir saya pakai pada saat pulang dari warung Halal Indonesia Pak Zainal Abidin di Kaohsiung Main Station. Sekitar pukul 4 sore saya parkir di tempat biasa. Malamnya saya tidak keluar lagi karena untuk makan malam sudah sekalian saya belikan tadi di warung Zainal Abidin.
Memang begitu kebiasaan saya, untuk hari Minggu saya selalu makan siang di warung halal Indonesia di Kaohsiung Main station, sekaligus membungkusnya untuk makan malam. Sementara hari Jumat saya makan siang di masjid Kaohsiung, dan juga membungkusnya untuk makan malam. Jadi, seminggu hanya dua hari saya makan masakan Indonesia, hari Jumat dan Minggu. Untuk hari-hari lain saya makan di warung vegertarian.
Setelah saya parkir sore itu, siang keesokan harinya, hari Senin, saya turun dari asrama untuk makan siang. Saya melihat tempat di mana si hitam saya parkir kemarin sore sudah kosong. Dia tidak lagi di tempat. Saya mencarinya ke seluruh deretan parkir sepeda namun tidak ada.
Pada siang itu, saya masih beranggapan bahwa sepeda saya itu dipinjam orang lain sebentar, karena memang sepeda tersebut tidak pernah saya kunci. Sebagaimana sepeda lain juga banyak yang tidak dikunci, kadang dipinjam orang kemudian dikembalikan lagi.
Namun, setelah satu hari berselang, saya menyimpulkan bahwa sepeda saya bukan lagi dipinjam, melainkan dicuri. Dan, hari ini, Selasa, saya melaporkannya ke sekuriti kampus di dekat pintu gerbang belakang.
Setelah menerima aduan saya, sekuriti mengajak saya untuk menunjukkan tempat saya parkir sepeda untuk mengetahui kamera CCTV mana yang bisa menangkap gambar sepeda saya sebelum hilang. Setelah melihatnya kemudian saya diajak kembali lagi ke pos sekuriti. Sampai di sana saya diwawancarai tentang kronologis hilangnya sepeda saya itu.
“Kapan mulai hilangnya?,” tanya sekuriti sambil menunjuk ke arah almanak yang tergantung di dalam pos sekuriti itu.
“Hari Minggu, tanggal 8,” jawab saya sambil menunjukkan tepat di atas tanggal yang ada di kalender itu.
“Pukul berapa?”
“Pukul 3 sore”
“Sampai kapan dan pukul berapa kamu tidak melihat sepeda itu lagi?”
“Hari Senin sekitar pukul 2 siang,” saya menjawab pertanyaan terakhir itu.
Kemudian dia membuka komputer yang berisi simpanan data CCTV itu serta memilih video dalam rentang tanggal dan waktu yang saya sebutkan tadi. Dan dia menemukannya.
Tepat pada pukul 2.48 Senin dini hari, ada seseorang dengan baju kaus yang longgar dan celana setengah tiang mengambil sepeda saya.
Awalnya, dia hampir tak jadi mengambilnya. Dia berjalan menjauh dari sepeda saya yang sudah sedikit dimundurkannya dari posisi parkir. Saya duga dia ingin melihat sepeda yang lebih bagus, tetapi akhirnya dia kembali lagi ke sepeda saya itu dan mengambilnya. Kemudian dengan santainya dia mengayuh sepeda saya itu keluar area parkir.
Wajahnya tidak kelihatan pada CCTV pertama tadi. Tetapi satu menit kemudian wajahnya tertangkap di CCTV berikutnya. Wajahnya sangat jelas, tetapi teman Vietnam yang menemani saya kala itu tidak mengenalnya. Saya juga tidak mengenalnya. Gambar orang yang mengambil sepeda itu masih samar bagi saya.
Sampai saat itu, saya masih mengira itu dipinjam saja sebentar. Namun, setelah saya tanya ke teman Vietnam dan teman Indonesia ternyata mereka tidak ada yang meminjam sepeda pada malam itu. Jadi, kesimpulannya sepeda saya dicuri. Iya, dicuri.
Selamat jalan si hitam. Sudah setahun kamu melayaniku pergi makan, belanja ke mal, dan ke pasar tradisional. Namun kamu sekarang sudah pergi dariku. Tapi maaf, aku tidak jadi melaporkannya ke polisi sebagaimana tawaran petugas sekuriti itu. Teman-temanku bilang, direlakan saja, malas berurusan dengan polisi jika, sekali lagi maaf, hanya karena sebuah sepeda.
Tapi aku masih ingat jasa baikmu. Aku juga masih ingat, segera setelah aku beli kamu, sadelmu keras banget, terus aku ganti dengan yang empuk. Kala itu kamu juga belum punya keriningan dan lampu pengaman kelap-kelip, dan aku juga membelinya.
Selama kamu bersamaku, kamu hanya sekali merepotkan aku. Dua hari yang lalu, ban kamu bocor dan aku segera menggantikannya. Terus, saya ingat betul, aku pernah mandiin kamu di dorsmir swalayan di pom bensin dekat kampus sampai kamu bersih kinclong.
Di hari-hari terakhirmu bersamaku, kamu sudah kelihatan kotor dan berdebu lagi. Dan kamu tahu ga? Saya sebenarnya ingin mandiin kamu lagi, tapi kamu sudah duluan pergi meninggalkan aku. Selamat jalan si hitam, aku tetap masih mengharapkan kamu kembali (dikembalikan).
No comments:
Post a Comment