Saturday, January 14, 2017

Longgarnya Peraturan Helm di Taiwan

Di tengah salutnya saya kepada penerapan peraturan lalu lintas di Taiwan yang aduhai bagusnya, jenis helm yang dipakai pengendara sepeda motor di Kaohsiung, Taiwan Selatan, benar-benar mengganggu kesalutan saya itu. Betapa tidak, lihat saja, helm yang digunakan di sini, saya rasa tak berlebihan jika saya katakan hanya berfungsi sebagai topi saja.

Dalam hal ini, sepertinya peraturan helm di Aceh sudah banyak berkembang tinimbang Taiwan. Jika tidak ber-SNI, yang artinya memenuhi kelayakan sebagai pelindung kepala oleh benturan, maka siap-siap saja ditilang polisi. Dan, pengendara pun kelihatannya sudah tak keberatan lagi mengenakan helm yang menutup rapat kepala itu.

Tapi yang namanya manusia, yang katanya sudah sempurna proses evolusinya, di Taiwan ini, kami, termasuk saya, ikut model helm Taiwan juga, pakai helm seadanya dan model sekenanya saja. Walaupun saya yakin betul bahwa helm yang hanya menutup separuh kepala itu, tak ada fungsinya apa-apa selain untuk kesopanan balapan di depan mata polisi. Lebih dari itu, saya rasa tidak ada manfaatnya. Jangankan untuk pelindung kepala saat jatuh, dibawa rem mendadak saja dia langsung kabur duluan ke depan.

Ah, mungkin ada yang mengira di Taiwan ini orang-orang sudah taat betul pada peraturan lalu-lintas, sehingga jarang terjadi tabrakan. Karenanya, buat apa helm standar ini-itu. Untuk formalitas saja cukup. Duh, serasa cuma dalam bulan ini saja saya tidak melihat tabrakan sepeda motor, karena jarang keluar kampus. Selebihnya, selama tiga tahun di Taiwan, sudah tak terbilang lagi berapa kejadian kecelakaan sepeda motor di Kaohsiung ini yang pernah saya lihat.

Penyebab kecelakaannya rupa-rupa. Mulai dari nenek-nenek yang lupa memencet rem terus menabrak mobil orang di perempatan jalan, jatuh sendiri akibat mengebut di gang sempit, menabrak sepeda motor belok yang tak bersein, sampai dengan anak-anak muda yang tak sabar di lampu merah terus menyelonong dan tabrakan. Makanya, bagi orang dengan keberanian berlalu-lintas hanya pas-pasan, di Kaohsiung ini bukan tempat yang cocok buatnya. Bisa jantungan!

Di samping kampus saya ada sebuah gang selebar satu setengah meter. Gang kecil ini menghubungkan jalan besar di belakang dan depan kampus. Dulu waktu sepeda saya belum almarhum, saya sering lewat gang ini untuk menuju parkir sepeda di belakang asrama. Untuk keamanan, saya terpaksa memasang lampu di sepeda saya. Kalau tidak, besar kemungkinan digilas sepeda motor. Sungguh gila, bukan hanya di jalan besar, di gang yang hanya segede upil itu pun bisa-bisanya sepeda motor dikebut kencang bagai dikejar dinosaurus!
Saya dan teman dengan helm sekenanya saja

No comments:

Post a Comment