Friday, April 21, 2017

Nasi Goreng dan Kegagalan Jumatan di Masjid Kaohsiung

Setelah kemarin (20 April 2017) menderita karena saya sangka hari Jumat ternyata hari Kamis, dan karenanya saya batal ke masjid, serta sebagai gantinya saya bersikeras pergi ke Kaohsiung Main Station untuk makan mi ayam dan membawa pulang nasi goreng untuk makan malam, hari ini saya tidak bisa pergi ke masjid untuk salat Jumat.

Sebabnya, saya tiba-tiba menceret sesaat sebelum waktu berangkat ke masjid. Sebenarnya mulas sudah mulai saya rasakan dari tadi malam selepas makan nasi goreng itu, tapi perut saya baru mengamuk keesokan harinya, yaitu siang ini.

Jadi, biangkeladinya adalah nasi goreng itu. Pedasnya minta ampun. Memang dalam hal ini saya yang salah. Saat ditanya pedas apa tidak, saya bilang sedang-sedang saja. Tapi ini saya lakukan karena takut jikalau saya bilang tidak pedas, pengalaman yang sudah-sudah malah saya dibuatkan nasi goreng yang tak ada rasanya sama sekali. Makanya, dosis sedang kali ini saya rasa akan membantu.

Namun, begitu saya makan malamnya. Ya salam, pedas rasanya sampai ke pangkal rambut. Serius ini, saya merasakan pangkal rambut serasa kena balsem saat menyantap nasi goreng itu.

Sebagaimana kebiasaan saya yang begitu anti buang-buang makanan, dengan semangat 98 saya berjuang menghabiskan nasi goreng itu. Lagipula saat itu saya yakin betul perut saya akan baik-baik saja, karena pengalaman dulu-dulu perut saya tahan pedas.

Soal saya tak suka pedas bukanlah karena perut saya bermasalah, tapi memang saya sendiri yang tak suka pedas. Tapi kalau terpaksa harus makan pedas, saya sanggup, dan perut dijamin aman. Itu dulu.

Walakin kali ini, saya kalah. Segera setelah makan, perut serasa dibalur balsem. Hangat-hangat begitu. Tapi belum sakit dan mulas, dan kondisi itu berhasil saya bawa tidur. Pas tadi mendekati siang, mulailah ia bergejolak. Perut mulas. Bulu tangan merinding setiap kali perut berkontraksi.

Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak jadi ke masjid. Pasalnya, empat puluh lima menit berada di dalam bus bukanlah pilihan bijaksana buat si menceret seperti saya hari ini. Istimewa pula, bukan main sulitnya mencari WC mendadak di Taiwan ini. Kalau di Aceh gampang, mesjid dan langgar bisa kita dapatkan di sepanjang jalan.

Kan, tidak lucu kalau koran Taiwan nanti melaporkan ada dosen ganteng asal Aceh menceret di bus kota Kaohsiung. Terus dilanjutkan lagi dengan keterangan bahwa sebab musabab kasus menceret sedang didalami oleh pihak yang berwajib.
__________
Hasyiah:
Walakin artinya akan tetapi (KBBI).

Perlu diperhatikan di sini bahwa kata "menceret" bukan kata sifat atau kata benda. Tapi "menceret" adalah kata kerja (KBBI).

No comments:

Post a Comment