Wednesday, June 28, 2017

Samiun Lelah, Kawan. Sebuah Kisah di Asrama Mahasiswa Kampus Taiwan

Asrama tua tiga tingkat, itulah salah satu asrama kampus yang saya tinggali selama ini. Jelek memang, makanya murah, makanya pula separuh napas tidur saya di Taiwan saya lepas-tarikkan di asrama ini.

Di belakang asrama ini sebenarnya ada apartemen yang bisa dipakai mahasiswa dengan, tentu, bayaran yang agak sedikit mahal. Banyak teman saya tinggal di apartemen ini. Tapi saya tidak mau, lebih memilih yang ekonomis saja, sekalipun lumayan rawan digigit tomcat.

Semester ini adalah semester terakhir saya diizinkan menghuni asrama tua ini. Jika tidak lulus, maka saya harus mencari kamar kost lain di luar kampus. Tentunya "mahal", hal yang paling menakutkan dalam dunia per-Usman Blanjruen-an.

Dus, karena semester ini baru saja berakhir 3 hari (24 Juni 2017) yang lalu, maka saya harus angkat sauh dari asrama ini pada hari itu juga. Karenanya saya sempat tak punya rumah selama sehari, dan itu pas pada hari raya Idul Fitri kemarin (25 Juni).

Makanya, ini rahasia, jangan sampai Pak Jokowi tahu, saat saya salat Ied kemarin itu di masjid Kaohsiung, sebenarnya saya tidak mandi pagi. Hanya ganti baju saja, itupun tak bersetrika.

Gegara ini semoga nanti tidak ada yang lebay terus bilang, "Ih, makanya kemarin bau," sambil menutup hidung. Asal tahu saja ya, sebagai penggemar Rhoma Irama, saya tidak pernah bau badan. Yang bau badan itu penggemar jengkol!

Sehari semalam itu saya tidur ful di lab. Untung saja ada teman yang berbaik hati mengizinkan saya tinggal di kamar apartemenya yang memang sisa jatah sewanya tidak dipakai lagi tersebab memilih pindah ke luar kampus karena ia telah membawa keluarga.

Oleh karena itu, mulai hari Senin (lebaran hari kedua) saya tinggal di kamar apartemen yang cukup mewah bagi saya itu. Pasti, walaupun saya tinggal di kamar gratis, tentu bayaran air dan listrik saya tidak mau digratiskan. Sepelit-pelitnya saya, begitu anti-memberatkan orang lain. Apalagi ini musim panas. Kebutuhan akan pendingin ruangan membuat tagihan listrik membengkak.

Karenanya saya akan ikut urunan membayar bersama teman- teman dari kamar lain. Sebab satu flat ini berisi tiga kamar. Sehingga bayaran air plus listrik bulanan dibagi tiga.

***

Selama dua hari tinggal di apartemen ini, ada kejadian yang lumayan membuat saya jengkel. Bukan karena ulah orang lain. Tapi murni karena diri saya sendiri, yaitu karena sifat pelupa saya.

Apartemen tempat saya tinggal ini letaknya pas di belakang asrama saya dulu itu. Artinya, setiap saya pulang malam dari lab, saya selalu melewati depan mantan asrama saya itu. Sampai di sini kelihatannya tidak ada masalah, kan? Baik, kita lanjutkan.

Selama dua malam ini, dalam perjalanan pulang, manakala saya tiba di depan asrama tua itu, saya bukannya melanjutkan perjalananan ke apartemen, secara tak sadar saya malah membelok ke asrama tua itu. Dan dengan santai cum ngos-ngosannya saya menaiki tangga sampai ke lantai 3, di mana kamar saya dulu berada.

Sampai di depan pintu utama lantai 3 asrama tersebut, baru saya sadar bahwa saya tidak tinggal lagi di sana. Kemudian dengan badan gontai seraya berdecak jengkel saya menuruni tangga itu satu per satu. Parahnya, itu sudah terjadi selama dua malam! Benar-benar menjengkelkan!

Semoga besok tidak terjadi lagi. Samiun lelah, Kawan. Mana pulang dari lab jam satu malam lagi. Paling Pak Satpam ketawa-ketiwi melihat saya di sisitivi. Curiga yang kemudian menjadi lucu. Karena saya yakin Bapak-bapak satpam itu mengenal wajah saya akibat sering menegurnya di pos, sesuatu yang jarang dilakukan orang di Taiwan ini.
Asrama tua saya dengan tangganya sampai lantai tiga
__________
Hasyiah:
Dus = jadi. Diambil dari bahasa Belanda. Beberapa penulis lama sering menggunakan kata ini.

Cum = serta; dengan; bersama dengan. Berasal dari bahasa Latin. Sering dipakai juga dalam bahasa Indonesia, seperti Cum Laude = dengan pujian.

No comments:

Post a Comment