Thursday, February 26, 2015

Suka Duka Berbahasa Inggris di Taiwan

Kemampuan bahasa Inggris orang Taiwan tidak jauh berbeda dengan kita di Indonesia. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu. Tidak terkecuali, kalangan mahasiswa juga demikian. Sangat sulit mengajak mereka berbicara. Masalahnya ya itu, tidak lancar dan masih malu berbahasa Inggris.

Ini juga menjadi salah satu kendala bagi saya untuk menguasai bahasa Mandarin. Pendekatan awal terhadap teman satu lab dengan bahasa Inggris kadang-kadang berakhir tanpa hasil. Mereka kadang tidak bisa mengerti apa yang saya ucapkan. Waduh, suasananya jadi tidak enak sama sekali. Percakapan kadang berakhir dengan kata "sorry, I don't know what you say". Dan saya pun kembali lagi ke tempat duduk saya.

Namun dalam beberapa minggu ini ada satu fenomena yang baru saya sadari. Ternyata berbicara pelan-pelan dengan mereka mampu membuat kami menjadi akrab. Listening itu memang menjadi masalah besar dalam berbahasa.

Lawan bicara akan segan berbicara jika kita memiliki kebiasaan berbicara cepat. Hal ini sangat wajar, siapapun itu pasti tidak senang jika dalam mendengar pembicaraan kita mereka tidak mengerti dan harus meminta kita untuk mengulanginya. Saya sendiri merasakan betapa tidak enaknya ketika tidak mengerti apa yang diucapkan oleh lawan bicara saya. Mau suruh ulang tidak enak hati juga.

Pengalaman dulu ketika pertama bertemu profesor saya. Dia memang mahir berbahasa Inggris. Namun dialek Mandarinnya sangat terasa dan begitu aneh di telinga saya. Pernah dalam satu pertemuan aku tidak mengerti sama sekali apa yang dia omongkan. Mau suruh bicara pelan-pelan juga tidak berani karena takut menyinggung perasaannya. Sehingga kadang saya trauma ketika harus membicarakan sesuatu dengan dia. Namun seiring berjalannya waktu saya sudah terbiasa dengan dialek bicaranya dan sudah mengerti apa yang dia ucapkan.

Ini kejadiannya saya dengan profesor saya, yang tidak mungkin saya jauhi dia apapun kendalanya. Coba bayangkan kalau dia bukan profesor saya, mungkin saya juga akan menghindar untuk berbicara dengan dia setelah itu.

Dari kejadian ini saya sadar kalau berbicara haruslah memerhatikan lawan bicara kita. Berbicaralah secara lambat jika memang lawan kita sulit memahami bahasa yang kita pakai. Gunakan juga bahasa tubuh untuk membantu lawan bicara agar mudah mengerti.

Beberapa minggu ini saya mencoba berbicara dengan sangat lambat dan dibarengi dengan bahasa tubuh. Ternyata hasilnya luar biasa, mereka sudah mulai mudah diajak bicara. Bahkan mereka tidak malu lagi untuk membuka google translate ketika tidak tahu kosa kata yang ingin diucapkan. Suasana menjadi cair. Jadi tahu ternyata mereka juga bisa diajak bercanda.

No comments:

Post a Comment