Jika ada yang tidak bisa belajar tanpa musik, jangan cemas. Itu bukan kelainan, tapi justru kesamaan. Kesamaan dengan saya maksudnya. Saya butuh suara musik atau sedikit kebisingan untuk bisa belajar dengan baik.
Semenjak SMA sampai sekarang saya tidak bisa belajar tanpa diiringi musik. Waktu S1 dan S2 di UGM dulu, saya masih ingat betul ada sebuah stasiun radio yang selalu menemani saya dalam begadang untuk belajar. Nama radionya adalah Prima FM, sebuah stasiun radio spesial musik dangdut tanpa campur pop sedikit pun. Radio inilah yang mengiringi saya membaca baris per baris di lembaran buku teks yang berbahasa Inggris itu.
Sekarang saya sudah S3 di Taiwan, kebutuhan akan musik ketika belajar masih saja sama seperti dulu. Cuma, sekarang bedanya adalah, saya tidak dapat menyetel musik sehingga suaranya sampai terdengar oleh orang lain, karena saya belajar di asrama atau lab yang juga banyak orang lain di dalamnya. Jadi, kalau mau mendengar musik, headset menjadi wajib saya gunakan agar tidak mengganggu teman lain.
Oleh karena itu, permasalahan langsung muncul. Katanya, mendengar musik di headset bisa membahayakan telinga akibat paparan suara keras dalam waktu yang lama. Saya jadi cemas: tidak mendengar musik berarti saya tidak bisa belajar; tidak pakai headset bermakna mengganggu teman lain; menggunakan headset dalam waktu yang lama telinga jadi bermasalah.
Karena itu, saya harus mencari solusinya. Bagaimana caranya agar aman dalam menggunakan headset. Saya berselancar di internet. Saya menemukan banyak informasi dan berbeda-beda. Tapi ada kesimpulan yang bisa saya ambil: mengatur level volume komputer atau laptop maksimum 50% sudah termasuk aman untuk telinga.
Namun untuk keamanan yang lebih, saya sebagai orang teknik pasti akan memasukkan faktor keamanannya. Sehingga saya tidak pernah menyetel volume laptop lebih dari 30% jika menggunakan headset. Awalnya 30% itu terasa suaranya kecil sekali. Tapi setelah terbiasa ternyata menjadi nyaman dan pas.
Jenis musik untuk menemani belajar tentu berbeda tergantung selera. Kalau saya, pasti lagu dangdut. Lebih tersegmentasi lagi, lagu-lagu karya Bang Haji Rhoma. Namun, saya melihat di youtube banyak juga musik yang khusus dirancang untuk belajar. Untuk mencarinya di youtube saya menggunakan kata kunci "music for study", maka akan keluar videonya banyak sekali. Tapi saya terus terang tidak cocok menggunakan musik jenis ini, bukan bisa berkonsentrasi malah membuat saya mengantuk.
Di lab dan asrama tempat saya tinggal sekarang, akses internet disediakan secara gratis dengan kecepatan yang lumayan kencang. Jadi, musik di youtube dapat saya putar sepanjang hari tanpa tersendat.
Tapi karena adanya selingan iklan di youtube, saya tidak begitu nyaman mendengar musik langsung dari youtube karena konsentrasi saya terganggu saat pemutaran iklan dan level suara youtube naik secara otomatis.
Menyikapi itu, semua lagu kegemaran saya unduh semua. Saya hanya mengunduh suaranya saja karena saya tidak butuh videonya. Untuk hanya mengunduh suara dari youtube saya menggunakan laman www.youtube-mp3.org atau anything2mp3.com. Dengan dua laman tersebut saya bisa menyedot suara dari youtube dalam bentuk MP3, dan saya putar di Winamp.
Di samping berbagai jenis musik, ada lagi suara yang bisa digunakan untuk meningkatkan efektifitas belajar, yaitu noise (kebisingan) yang berasal dari lingkungan (ambient noise): semacam suara aktivitas di warung kopi, pasar, atau kantor. Dengan kebisingan ini kita merasa tidak sendiri dalam belajar. Seolah-olah kita sedang berada di warung kopi, cafe, atau kantin kampus, tergantung suara apa yang kita pilih.
Untuk suara kebisingan tersebut, saya pernah mengunduhnya di coffitivity.com. Di laman tersebut saya bisa mendapatkan berbagai jenis kebisingan dari berbagai aktifitas yang dapat meningkatkan konsentrasi dalam belajar.
No comments:
Post a Comment