Rambutku ini unik, salah potong sedikit langsung tidak bisa diatur. Kalau terlalu pendek dia akan rebah ke mana dia suka. Kusisir pun akan kembali seperti maunya. Demikian juga sebaliknya, jika sedikit saja panjang dia akan berubah menjadi kusut walaupun diminyaki dan disampo tiap hari.
Awal ketibaan di Taiwan, saya menemukan tukang pangkas yang agak sedikit cocok. Tukang pangkasnya adalah seorang ibu-ibu yang tak bisa sama sekali berbahasa Inggris. Butuh komunikasi yang lama sampai akhirnya dia mengerti kehendakku.
Beberapa semester berjalan, sentuhan tangan ibu yang berambut keriting ini lumayan mampu menaklukkan kenakalan rambutku. Namun, akhir-akhir ini potongannya makin tidak sesuai. Dia lebih sering memotong rambutku terlalu pendek.
Sampai suatu hari, masa klimaks pun tercapai. Aku menggunakan jasanya seperti biasa. Aku melihat dia memotong rambutku terlalu pendek. Aku diam saja pasrah bagai anak mau disunat. Dan, bisa kuprediksi, rambutku pasti akan acak-acakan setelah aku selesai mandi dan menyisirnya kembali nantinya.
Karena hari itu hari minggu, setelah mandi aku langsung ke Kaohsiung Main station. Di sana, segera setelah temanku melihat rambutku, kritikannya langsung menghujaniku. Pertanyaannya sederhana tapi cukup alasan bagiku untuk menghentikan pemotongan rambut di ibu-ibu itu.
"Kenapa rambutmu, Pak. Kok seperti ga rata gitu?" tanyanya dengan muka yang cukup serius. "Duh, jelek sekali, Pak" tambahnya.
"Gini, Mbak," sahutku, "Rambutku ini kalau sedikit saja telalu pendek, pasti seperti ini jadinya."
Itu adalah kali terakhir saya memotong rambut di situ. Setelah itu saya mengeksplorasi semua tukang pangkas yang ada di sekeliling kampusku. Akhirnya saya menemukannya. Sebuah salon kecil yang berada tepat di belakang kampusku.
Salon itu dikelola oleh sebuah keluarga muda. Dia bekerja bersama istrinya. Tukang pangkas utama adalah suaminya. Menariknya, istrinya lancar berbahasa Inggris. Sehingga aku bisa cerita banyak tentang sifat-sifat rambutku. Dan dia mengerti. Selanjutnya dia menyampaikannya ke suaminya.
Potongan pertama, aku sangat puas. Sekaligus tertawa sendiri. Setelah memotong dan mengeramasinya, rambutku ditata layaknya rambut anak muda. Seperti rambut Dafit Bekham. Yang runcing ke atas itu. Aku baru sadar, ternyata rambutku bisa juga dibuat seperti itu. Terlepas cocok apa tidak.
Selepas itu saya pulang ke asrama dan mandi serta menyisir rambut sebagai mana kebiasaanku. Yaitu menyisir ke arah belakang dengan sisir bulat telungkup. Dan, Alhamdulillah cocok.
Setelah itu saya selalu memotong rambut di situ. Walaupun, ang-ing-eng, harganya lumayan mahal. Sebesar 250 NTD. Padahal di tempat pangkas semula hanya 100 NTD. Katanya, 250 NTD itu karena aku mahasiswa. Berarti, untuk umum lebih mahal lagi, ya?
Namun, tak mengapa. Demi rambut, saya rela membayar mahal. Kan ga tiap hari? Paling sebulan sekali. Aku pede dibuatnya dan sekaligus merasa lebih ganteng. Dan itu menurut saya penting. Aku rela membayar mahal untuk itu. Tapi… jangan lebih dari 500 NTD juga, sih....
Salon itu dikelola oleh sebuah keluarga muda. Dia bekerja bersama istrinya. Tukang pangkas utama adalah suaminya. Menariknya, istrinya lancar berbahasa Inggris. Sehingga aku bisa cerita banyak tentang sifat-sifat rambutku. Dan dia mengerti. Selanjutnya dia menyampaikannya ke suaminya.
Potongan pertama, aku sangat puas. Sekaligus tertawa sendiri. Setelah memotong dan mengeramasinya, rambutku ditata layaknya rambut anak muda. Seperti rambut Dafit Bekham. Yang runcing ke atas itu. Aku baru sadar, ternyata rambutku bisa juga dibuat seperti itu. Terlepas cocok apa tidak.
Selepas itu saya pulang ke asrama dan mandi serta menyisir rambut sebagai mana kebiasaanku. Yaitu menyisir ke arah belakang dengan sisir bulat telungkup. Dan, Alhamdulillah cocok.
Setelah itu saya selalu memotong rambut di situ. Walaupun, ang-ing-eng, harganya lumayan mahal. Sebesar 250 NTD. Padahal di tempat pangkas semula hanya 100 NTD. Katanya, 250 NTD itu karena aku mahasiswa. Berarti, untuk umum lebih mahal lagi, ya?
Namun, tak mengapa. Demi rambut, saya rela membayar mahal. Kan ga tiap hari? Paling sebulan sekali. Aku pede dibuatnya dan sekaligus merasa lebih ganteng. Dan itu menurut saya penting. Aku rela membayar mahal untuk itu. Tapi… jangan lebih dari 500 NTD juga, sih....
Tukang pangkas langgananku sekarang sedang menata rambutku selepas pemotongan dan keramas |
No comments:
Post a Comment