Monday, January 11, 2016

Pengalaman Makan Es Krim Di Taiwan

Toko es krim ini terletak tepat di pojok timur perempatan jalan di depan kampusku, NKUAS. Tempatnya yang di lantai dua, di mana lantai satu dipakai untuk warung makan, benar-benar hanya orang dengan dorongan kekuatan cinta es krim tertentu yang dapat mengetahui keberadaannya.

Begitu mengagetkan, sampai di atas, setelah mendaki 15 anak tangga mar-mar, saya melihat begitu banyak siswa dan mahasiswa sedang melahap es krim ini sambil belajar. Mereka ada yang berkelompok sambil membahas pelajaran, ada juga sendirian membaca buku sambil gigit-gigit pangkal pensil.

Walaupun di lantai dua bukan berarti tertutup dari pemandangan luar. Tentu saja tidak, karena dindingnya yang mengarah ke jalan dipagari penuh dengan kaca yang mengikuti lekuk belokan perempatan jalan. Sibuknya lalu lintas di luar sana sangat indah disaksikan dari dalam sini.

Kali ini aku memesan es krim yang berukuran kecil setelah trauma mencret dihantam es krim porsi jumbo dua minggu lalu. Es krim kali ini benar-benar hanya es krim, tidak dicampur dengan buah-buahan sebagaimana porsi jumbo.

Harganya cuma 40 NTD, hampir separuh harga porsi jumbo (85 NTD). Dalam satu paket kecil ini aku sudah memperoleh tiga jenis rasa yang disajikan dalam bentuk bulat seukuran bola pingpong. Ada rasa cokelat, mangga, dan satu lagi tak kuketahui rasa apa. Hampir seperti rasa pasta gigi gitu (bukan bukan. Benar seperti rasa pasta gigi, kok. Bukan taik gigi).

Aku mengetahui posisi toko es krim ini dua minggu lalu. Ketika tiba-tiba aku pengen banget makan es krim. Berkat arahan salah satu temanku yang sudah lebih dulu merasakannya, aku langsung menuju ke toko ini dan membelinya. Saat itu aku membeli porsi jumbo dengan harga satu porsi sebesar 85 NTD. Ini adalah es krim pertama yang aku makan selama dua tahun di Taiwan.

Aku membungkusnya karena aku ingin memakannya nanti setelah perutku agak kosong. Sampai di lab, saya baru tahu ternyata porsinya besar sekali. Tak habis aku makan. Cuma setengahnya. Selebihnya saya simpan di kulkas lab agar bisa kumakan lagi besok.

Rasanya sebenarnya biasa saja. Masih lebih enak es krim di Blangjruen, desa kelahiranku. Cuma di sini lebih canggih saja. Dalam satu porsi sudah dicampur batang cokelat dan buah-buahan segala macam rupa. Tapi sayang, malam itu, setelah menyantap es krim ini, perutku mulas. Ini adalah gejala yang biasa muncul ketika aku akan mencret. Menyedihkan, ketika mulut dan perut tak sama mau.

Keesokan harinya, aku ingin melanjutkan lagi memakan es krim yang kusimpan kemarin di kulkas lab. Betapa kagetnya diriku, ternyata es krimnya sudah mencair. Baru tahu, ternyata kalau mau menyimpan es krim harus di dalam lemari pembeku (freezer), bukan di ruang pendingin biasa yang biasa digunakan untuk menyimpan sayur.

Aku melihat es krim yang kusimpan kemarin sudah mencair. Tak berwujud es krim lagi. Malah jadi seperti pop es. Setelah itu, aku memasukkannya ke pembeku. Dengan harapan tidak berubah jadi es batu dengan rasa es krim.
Es krim porsi jumbo

Es krim porsi kecil

No comments:

Post a Comment