Dilingkari bebangunan tua dan padat, rasanya sulit dipercaya bahwa di kerumuman ruko dan rumah warga ini ada sepetak taman dengan bunga dan tumbuhan peneduh yang menyejukkan. Taman ini tak terlihat dari jalan utama di depan masjid.
Terlihat ada beberapa kursi dan meja berbahan batu. Karena warnanya agak kehijau-hijauan, saya menduga ini adalah batu giok. Memang di Taiwan banyak sekali aku temukan meja dan kursi di taman terbuat dari batu hijau.
Dulu ketika maraknya batu giok di tanah air, ingin rasanya kuambil sedikit batu itu untuk kujadikan mata cincin. He-he-he. Becanda, becanda. Memangnya ini di Blangjruen, bisa ambil seenaknya. Ini Taiwan, Bro. Serasa cuma di WC saja yang tak ada CCTV. Apalagi di taman, tetap ada CCTV yang dipasang di pojok-pojok.
Taman ini tidak lah mewah. Juga tak begitu terurus. Dedaunan pohon yang meranggas berserakan begitu saja tanpa ada yang sapu. Bunga dan pohon yang ditanam pun hanya yang berjenis kuat. Kuat maksud saya, yang tak begitu memerlukan pemeliharaan yang ketat. Tak disiram beberapa minggu pun serasa tak apa-apa.
Namun, karena ini di kota, kehadiran taman sesederhana dan sekecil apapun tetap akan menjadi semacam oasis di padang pasir kering dan panas.
Ibu Ari, dan Mbak Reno beserta putra mereka sedang ikut bersantai |
Penampakan taman dari belakang Masjid |
Kami sedang bersantai setelah salat Jumat di Masjid Besar Kaohsiung |
No comments:
Post a Comment