Monday, February 22, 2016

Administrasi Kampus Taiwan

Pengalaman berurusan dengan administrasi di NKUAS, atau mungkin saja untuk seluruh Taiwan bisa jadi sama, jika ingin mengurus surat di awal waktu, petugas kantor mesti bingung. Misalnya sebuah surat yang aku butuhkan enam bulan ke depan, tapi saya harus urus sekarang, itu mesti orang kantor akan kalangkabut, atau minimal mengkerut keningnya. Mungkin di pikiran mereka, "surat untuk enam bulan ke depan kok diurus sekarang, bikin rusak agenda kerja orang saja."

Hal ini terjadi juga pada Professor saya, dia benar-benar tidak mau membahas masalah yang akan datang. Misalnya, bangku di lab sudah tak mencukupi lagi sementara beberapa bulan lagi mahasiswa baru akan masuk. Profesor langsung menyela, "Itu masalah beberapa bulan lagi, bukan masalah sekarang. Bahas masalah sekarang saja dulu." Hambar semua. Padahal maksud kita hanya mengingatkan saja.

Sementara saya selalu butuh surat di awal waktu. Misalnya, perpanjangan beasiswa untuk enam bulan ke depan itu kan harus aku urus sekarang? Sehingga kampus saya di Taiwan juga harus saya paksakan untuk mengeluarkan segala surat yang kubutuhkan di awal waktu, karena saya akan menggunakannya sekarang untuk urusan enam bulan lagi.

Tambahan lagi, sepertinya mereka juga cepat melupakan hal-hal yang telah dilakukannya. Misalnya, barusan aku ingin mengurus sertifikat untuk kandidasi doktor saya. Ini adalah sebuah sertifikat yang berisi pengakuan dari pihak jurusan bahwa saya telah meluluskan semua matakuliah dan ujian kualifikasi untuk menjadi seorang calon doktor.

Mengantongi surat ini adalah penting sekali. Di samping aku menjadi percaya diri karena sudah disahkan sebagai kandidat Doktor, juga menjadi pengontrol seandainya ada matakuliah wajib yang belum kuambil. Dan ini bisa terdeteksi dengan pengeluaran serfikat ini. Ini karena mereka akan mengecek semua matakuliah dan persyaratan lain sehingga mereka bisa menyimpulkan bahwa saya sudah memenuhi semua kewajiban saya untuk menjadi kandidat seorang doktor. Jadi, saya "hanya" perlu menuntaskan riset saya, publikasi ke jurnal ilmiah, tulis disertasi, dan akhirnya promosi doktor. Insya Allah.

Tapi, sampai di kantor jurusan dan bertemu dengan ketua jurusan, saya dan seorang teman lainnya jadi kaget. Ketua jurusan bilang bahwa dia tak pernah mengeluarkan sertifikat semacam ini. Gubrak... ! Aku dan temanku saling bertatapan kebingungan.

"Tapi aku sudah melihat surat itu dari beberapa temanku, Prof," ujarku dengan sedikit membungkuk dengan maksud menghormat. "Kamu punya contohnya?" Ketua jurusan sedikit mengulurkan tangannya berharap saya membawa contoh sertifikat itu.

"Saya tak membawanya, Prof," Jawabku, "Tapi, nanti akan saya minta ke teman saya di Vietnam dan saya kasihkan ke Bapak. "Ok. nanti kasihkan ke saya. Saya akan mengetiknya, tandatangan, dan saya kasih ke kamu," Profesor mengepal telapak tangan kirinya dengan tangan kanannya sebagai mimik bahwa untuk sementara masalah selesai.

Aku pun turun ke laboratorium dan langsung meminta bantuan teman yang kebetulan masih di Vietnam, belum balik dari liburannya. Atas bantuannya saya mendapatkan kopian sertifikat itu. Aku segara melejit ke lantai dua menuju kantor ketua jurusan.

"Selamat siang, Profesor," aku menggedor pintu yang memang sudah terbuka lebar. Saya dipersilakan masuk. "Ini saya sudah dapat contohnya. Seperti ini surat yang aku maksud," aku menyerahkannya. Setelah sejenak membaca kemudian dia memerintahkan sekretarisnya untuk mengkopi sertifikat ini.

Aku melihat dia mengambil kopiannya dan menggantikan nama di sertifikat dengan nama saya, juga jumlah mata kuliah yang telah saya ikuti serta jumlah kreditnya. Kemudian kopian yang sudah dicoret-coret itu dikasihkannya lagi ke sekretaris untuk diketik ulang.

Setelah itu ia mendekatiku yang sedang duduk di sofa tamu di ruangannya. Melihatnya aku langsung berdiri. "Besok atau lusa surat ini selesai. Saya akan minta tandantangan pembimbingmu dulu baru saya tandatangan," jelasnya. "Ok, Terimakasih, Professor," aku mengangguk dan minta izin. Masalah pun selesai.

Padahal sertifikat ini sudah dikeluarkan bertahun-tahun, lho. Tapi ya kok lupa. entah lah.

No comments:

Post a Comment