Bagiku, ciri-ciri minuman favorit itu adalah, yang ketika aku meminumnya, aku akan merasa paling ganteng sendiri, paling beruntung sendiri, dan paling bahagia sendiri. Dan, di Taiwan, hanya cencunaica-lah yang sanggup memberi efek itu.
Terus, jika cencunaica adalah minuman favoritku di Taiwan, mengapa pula hanya kuminum di saat galau saja? Begini. Aku ini mungkin salah satu penyayang anak-istri yang paling detail yang pernah dimiliki pertiwi.
Aku menghindari agar tidak terlalu gemuk lagi. Gemuk yang sudah ada cukuplah sudah. Jangan kutambah lagi jika tak mampu kuturunkan. Melakukan diet gula dan susu berlemak adalah salah satu langkah ke situ.
Urusannya dengan cencunaica? Karena minuman ini, sesuai namanya, di samping mengandung bola-bola ketan kenyal (cencu) sebesar ujung telunjuk, ia juga mengadung susu (nai), dan teh (ca). Dan jangan lupa. Gula. Tanpa gula, cendol khas Taiwan ini tak berasa apa-apa di lidah. Apalagi di hati.
Karenanya, cencunaica ini hanya kuminum pada saat aku benar-benar butuh saja. Yaitu ketika kegalauanku karena rindu akan anak-istri membuncah di akhir-akhir semester. Pada kondisi semacam ini, hanya satu yang sanggup membuatku bahagia selain pulang kampung. Cencunaica.
Dipadu dengan mencamil kacang tepung, meminum cencunaica seteguk demi seteguk seakan melemparkanku ke persimpangan jalan depan rumah, di mana anakku berlari-lari di jalan sambil dikejar ibunya dari belakang. Melindunginya dari keganasan lalu lintas jalan desa yang mendadak padat setelah diaspal licin beberapa bulan lalu.
Dalam karakter Mandarin cencunaica ini ditulis dengan karakter 珍珠奶茶. Dalam pelafalan latin ditulis dengan “zhenzhu naicha.” Orang Indonesia mereduksi lafalnya menjadi “cencunaica.” Zhenzu artinya butir mutiara bulat (pearl) dan naicha adalah teh susu.
 |
| Kacang tepung dan cencunaica |
No comments:
Post a Comment