Sunday, March 29, 2015

Benteng Belanda, Salah Satu Tujuan Wisata di Taiwan

Sama seperti Indonesia, Taiwan juga pernah diduduki oleh Belanda. Hal ini sangat jelas terlihat dari peninggalan sebuah benteng di kota Tainan, tepatnya di Anping.

Benteng ini dikenal dengan Fort Zeelandia. Dikabarkan, dulu Amping merupakan pusat pemerintahan belanda di Taiwan.

Sekarang benteng itu dijadikan sebuah Museum yang menjadi salah satu sasaran kunjungan bagi penduduk atau turis yang mengunjungi Taiwan.

Kemarin saya dan teman-teman mahasiswa internasional di NKUAS diajak untuk mengunjungi tempat ini. Suatu program rutin tiap semester bagi mahasiswa asing di NKUAS untuk mengenal sejarah dan budaya Taiwan.

Di sekitar benteng ini benar-benar terlihat sebagai objek wisata. Pedagang-pedagang kuliner secara tertib memenuhi pinggir jalan kecil menuju benteng. Sejumlah permainan anak-anak juga ikut meramaikan suasana.

Sebelum masuk ke area benteng, kita juga disuguhkan dengan keindahan sebuah klenteng yang megah, ukiran-ukiran yang sulit sempat memanjakan mataku beberapa saat di tempat ibadah kaum Budha itu.

Soal makanan, bagi orang Indonesia, lebih-lebih Muslim, memang terasa sulit mencari makanan di sekitar ini. Saya berjalan ke seluruh lekuk lorong yang dipadati oleh pedagang, namun tidak ada satupun yang menjual nasi. Yang ada hanya makanan ringan semacam bakwan yang dicincang-cincang kemudian dimakan pakai saus.

Perut saya lagi tidak bisa dimasuki makanan semacam itu, lebih-lebih saya tidak makan sedari pagi. Untungnya di sekitar itu ada Family Mart dan saya makan nasi berlaukkan ayam goreng yang bebas babi, kata Mbak pelayan. Moga saja ayamnya disembelih oleh ahlul kitab.

Kembali lagi ke masalah benteng Belanda itu. Di area benteng, ada dua buah bangunan. Satu bangunan bertuliskan VOC di tembok depannya. Nama yang juga sangat terkenal di negara kita. Bentuknya semacam kantor dengan ukuran tidak begitu besar. Di pintu masuk ada sebuah tulisan Fort Zeelandia Museum. Didalamnya berisikan gambar-gambar sejarah tentang benteng itu dalam dwi-bahasa, Inggris dan China.

Dari kantor VOC, ke atas sana terlihat sebuah bangunan di atas bukit yang ukurannya juga sebesar gedung ini. Cuma bedanya, gedung tersebut dilengkapi dengan sebuah menara yang konon katanya digunakan untuk mengamati kapal-kapal yang akan merapat ke dermaga. Kelihatannya ini merupakan gedung inti dari benteng tersebut.

Menuju ke sana kita harus rela menguras sedikit keringat untuk menaiki tangga yang lumayan banyak. Saya sempat hitung, namun lupa ketika sampai di atas karena kecapekan.

Tidak seperti di dalam kantor VOC, di ruangan yang kedua tersebut menawarkan sejumlah makanan, minuman, dan juga souvenir untuk para pengunjung selain pameran gambar-gambar sejarah

Di luar sana, agak ke bawah sedikit, bangunan ini dilingkari oleh beberapa meriam yang mengarah ke laut. Bentuk dan ukurannya bervariasi. Ada yang kecil, sedang, dan besar. Ada satu saya lihat sudah patah namun ikut dipamerkan.

Setelah mengunjungi dan memasuki bangunan ini. Saya merasa takjub juga sama Belanda. Sebuah negara yang kala itu sudah bisa berekspansi kemana-mana. Hebat mereka. Bangunan-bangunan itu menjadi tanda kehebatan mereka waktu itu.
Pedagang kuliner di seputaran benteng

Gapura menuju klenteng sekitar benteng

Saya berlatarkan ukiran di dalam klenteng

Di depan kantor VOC

Di depan pintu masuk kantor VOC yang sudah jadi museum

Saya berlatarkan benteng dan menara pengamatan

Seorang anak dan meriam di sekitar benteng

Pemandangan benteng dilihat dari kanan bawah

Bangunan klenteng dilihat dari luar

No comments:

Post a Comment