Usman Blangjruen: Takoyaki, Makanan Khas Jepang Di Festival Budaya International Di NKUAS

Ada yang menarik pada hari kedua festival budaya internasional di NKUAS beberapa waktu lalu, yaitu kelas masak yang dilakukan oleh Momona Nakayosyi, salah satu mahasiswa di NKUAS asal Jepang. Dalam kelas masak itu ditunjukkan bagaimana cara membuat takoyaki.

Saya pernah mendengar nama makanan itu, tapi belum pernah melihat wujudnya. Apalagi memakannya dan melihat cara membuatnya, tentu belum terbayang sama sekali. Namun beruntung bagi saya pada hari itu bisa melihat langsung cara membuat makanan khas Jepang itu. Dan sekaligus bisa mencoba rasanya.

Jika melihat yang sudah jadi, makanan ini mirip bakso bakar di Aceh, walaupun memang ukurannya agak sedikit besar, kira-kira seukuran bola pimpong. Saya menduga rasanya juga tak jauh beda dengan bakso bakar.

Saya mencoba memakannya, rasa khas baru terasa ketika gigi saya terganjal sayur berupa daun bawang dan bawang bombai, cumi-cumi, serta ikan yang sudah digiling. Rasanya lumayan ramai. Tapi walaupun demikian, rasa ikan tetap mendominasi.

Cara membuatnya, pertama adonan tepung terigu yang likat dituangkan ke loyang yang berbentuk setengah lingkaran, kemudian sayur berupa daun bawang dan bawang bombai, ikan giling, cumi-cumi, dan ada lagi semacam mentega ditaruhnya di atas adonan dalam loyang itu.

Kira-kira sudah setengah matang, maka adonan yang sudah agak keras itu diputar lebih kurang sekitar 90 derajat dengan menggunakan sumpit. Segala sesuatu yang ada di atasnya tadi di dorong agar masuk ke dalam adonan. Langkah selanjutnya adalah membentuknya menjadi bulat sempurna dengan cara memutar-mutar adonan itu dalam loyang setengah lingkaran itu sampai matang.

Saya melihat, yang paling menantang dalam membuat kue ini adalah ketika membentuk Takoyaki ini menjadi bulat sempurna, ternyata agak sulit dan membutuhkan kesabaran. Ketidakmahiran membuat takoyaki menjadi bocor atau malah rusak parah. Walaupun masih tetap bisa dimakan, tapi bentuknya menjadi tidak menarik lagi.