Sunday, June 21, 2015

Kami Dan Guru Kami Di Taiwan

Namanya Shyh-Chour Huang, atau kami sebagai anak didiknya sering memanggilnya dengan nama Profesor Huang. Profesor lulusan Amerika ini mempunyai perawakan ideal dan mempunyai senyum yang menyejukkan. Dia juga sebagai dekan bidang akademik di NKUAS.

Saya bangga menjadi anak didiknya. Sebagai tugasnya seorang profesor yang mensupervisi banyak mahasiswa doktor dan master asing, dia tetap menyempatkan diri melakukan rapat konsultasi dengan kami setiap minggu. Kesibukannya sebagai dekan mengakibatkan rapat harus dilakukan pada setiap hari Minggu malam (malam Senin).

Dalam rapat konsultasi tersebut kami semua mempresentasikan apa-apa saja yang telah kami lakukan selama seminggu. Dia ingin tahu perkembangan riset kami dari minggu ke minggu. Jika kami salah langkah, maka dia akan memberikan rambu-rambu agar riset kami tidak lari dari topik dan tetap fokus.

Rapat hari ini saya agak sedikit cerewet karena yang saya sampaikan adalah masalah-masalah yang saya hadapi dan apa-apa saja yang telah saya lakukan untuk mencoba menyelesaikannya. Dan, sampai hari ini belum juga berhasil merontokkan masalah itu. Beberapa arahan pun diberikannya untuk menyelesaikan masalah saya itu. Saya memang agresif ketika presentasi riset sehingga beberapa teman pun ikut nimbrung memberi masukan untuk penyelesain masalah saya. Suasana jadi menyenangkan.

Saya merasa inilah fungsi seorang guru, guru yang saya maksud di sini adalah manusia yang ahli di bidang yang kita geluti dan kita bisa mendapatkan ilmunya secara langsung darinya, bukan hanya dari tulisan-tulisannya saja. Dalam menuntut ilmu itu tatap muka sangat penting, baik di kelas maupun melalui presentasi konsultasi seperti yang kami lakukan setiap minggu.

Begitu kita berbuat kesalahan langsung diluruskan ketika itu juga. Guru bagi seorang yang studi lanjut adalah yang bisa menegur ketika kita berbuat salah. Kita bisa saja mencari sumber ilmu dari mana saja: googling di internet, baca jurnal ilmiah, dan buku cetak. Kemudian simpulkan dalam sebuah laporan dan presentasikan di rapat konsultasi, profesor akan mendengar dan kadang menyela dengan pertanyaan. Jika salah, coret. Jika benar, langsung jalan.

Setelah semua dari kami sudah melakukan presentasi, kebiasaan kami setelah rapat konsultasi biasanya mengobrol santai (tentu membahas masalah riset juga). Profesor duduk di kursi putar dan kami duduk mengelilinginya. Dia kadang-kadang memutar jika yang ingin berbicara dengannya berada di belakangnya. Suasana itu bagaikan beberapa orang anak yang sedang mendengar dongeng dari ayahnya, semua merubungnya dengan wajah gembira.

Walaupun santai, kadang dalam obrolan bebas itulah saya lebih menangkap bagaimana perasaan dia terhadap riset saya. Dan juga bagaimana yang dia inginkan dari saya: termasuk kapan saya harus lulus dan berapa paper yang harus saya tulis.

Bagi saya, Profesor saya ini adalah manusia unggul yang memang ditakdirkan menjadi seorang guru yang baik. Dia tahu betul kelemahan muridnya. Dia sangat mengerti kalau mahasiswa doktor sangat sulit untuk menulis paper pertamanya.

Buktinya, dia selalu menganjurkan saya dan juga semua mahasiswa doktornya yang lain untuk menulis paper yang ringan saja dulu untuk tahap awal. "Pertama tulis saja dulu jurnal yang ringan, cukup empat lembar saja dulu. Coba menulis paper untuk konferensi saja dulu. Kemudian dilanjutkan dengan menulis paper EI indexed. Dan setelah beberapa paper ringan sudah kamu tulis, maka kamu akan mudah menulis paper sekelas SCI indexed," begitu saran dia yang sering disampaikan pada mahasiswa barunya.

Langkah pelan-pelan itulah yang tidak dimiliki oleh banyak profesor lain saya lihat. Maunya langsung paper SCI, padahal mahasiswa doktor seperti saya baru kali inilah mengenal yang namanya menulis jurnal. Kalau menulis blog mungkin sudah agak sedikit ahli.

Dengan langkah mendidik secara bertahap dia telah menyukseskan banyak mahasiswanya. Semester ini dia meluluskan dua mahasiswa doktor dan enam mahasiswa master. Semoga saja tahun depan saya bisa menyusul mereka dengan cara didiknya yang menyenangkan itu.

Professor Huang sedang dikelilingi anak bimbingnya, saya yang pegang kamera

No comments:

Post a Comment