Friday, January 22, 2016

Dangdut Menidurkan Anakku. Catatan Dari Banda Aceh

Berlibur bagiku berarti menjaga anak ketika ibunya berangkat kuliah. Tentunya anakku sekarang tak merepotkan sebagaimana aku di waktu kecil dulu, yang sering sakit-sakitan dan menangis yang tak seorang pun tau apa alasannya, termasuk ibuku.

Menjaga anakku ini hanya butuh sedikit tenaga saja untuk mengejarnya jika dia mendekati zona bahaya, seperti sarang semut api yang ada di pojok dinding depan rumah.

Dan juga kami harus menyingkirkan segala benda yang tak boleh disentuhnya ke sebuah kamar dan kami tutup pintunya.

Di ruang tengah rumah kos kami sekarang hanya ada sebuah televisi kecil yang terikat kuat di dinding serta kabelnya kusembunyikan sama sekali di belaka gorden, sehingga seperti televisi tak berkabel saja.

Ini semua untuk menghindari dari jangkauan si Nusayba yang sudah mulai mahir memanjat meja televisi jika ada sesuatu yang menarik di atasnya.

Jika ibunya berangkat kuliah, pastinya aku yang akan menjaganya, pekerjaan yang aku ambil alih dari mertuaku segera setelah aku mendarat di Banda Aceh hari kamis lalu.

Biasanya setelah semenit menangis karena sedih ditinggal ibunya, kemudian dia asyik bermain dengan mainan seadanya. Atau hanya lari-lari saja kesana kemari dan berhenti di depan televisi jika ada iklan yang ada nyanyi-nyanyinya serta dia berjoget sambil loncat-loncat.

Memang si Nusayba ini sangat reaktif terhadap musik dan suara apa saja yang memiliki ritme yang menyerupai musik. Jika dia mendengarnya, ia langsung berjoget. Bahkan, suara ketukan wajan dari aksi tukang nasi goreng Jakarta di Prada pun tak luput dari goyangannya.

Yang pernah ke Banda Aceh dan melewati simpang Prada tentunya sering mendengar ritme ketukan antara wajan dan sudip di balik rak nasi goreng Jakarta dengan ritme yang khas yang mengundang penasaran itu.

Aku belum pernah mencoba menikmati nasi goreng itu. Aku hanya tertarik dengan suara penggorengannya ketika lewat di simpang itu karena si Sayba langsung berjoget di atas gendongan ibunya dan kami pun tertawa.

Terkait hobi musik, bagi si Sayba ternyata tak hanya saat main-main saja. Bahkan ketika mau tidur pun lebih cepat terlelap dengan iringan musik.

Kemarin, setelah sedikit menangis karena pingin ikut ibunya kuliah, ia bermain dengan boneka-beneka kecil tinggalan anak tetangga. Sebentar kemudian aku melihat matanya sudah sayu seperti mau tidur. Aku pun mengajaknya tidur di buaian.

Aku meninakbobokannya dengan selawat badar, karena hanya itu yang aku hafal. Tapi dia tetap saja menggelinjang-gelinjang di ayunan. Lantunan suara merduku benar-benar tak menarik baginya.
Habis akal rasanya. Akhirnya aku memutar lagu Bang Haji Rhoma Irama. Lah, ternyata dengan itu dia tenang. Telapak tangannya diputar-putarnya sebagai ganti berjoget badan ketika gerak tubuhnya tersekap kain buaian.

Hanya dengan dua lagu dangdut yang berisi nasehat hasil racikan Sang Idola ayahnya ini, maka dia pun terlelap. Hari ini juga demikian, lagu Bang Haji menidurkan anakku ini.

Ditulis pada 20 Januari 2016

No comments:

Post a Comment