Thursday, May 18, 2017

Waktu Imsak, Diikuti, Jangan Diperdebatkan

Sebenarnya sudah lama pencantuman waktu imsak di lembaran imsakiah Ramadan itu dipersoalkan. Kata mereka, waktu imsak itu sebenarnya adalah waktu Subuh. Azan Subuh berkumandang, maka saat itulah kita berhenti makan dan minum.

Namun menurut saya, kita harus (jika saya tidak bisa menyatakan itu wajib) berhenti makan dan minum manakala waktu imsak pada jadwal imsakiah itu tiba. Kenapa demikian? Berikut saya jelaskan sedikit ala kadarnya saja.

Pertama, yang harus dicamkan adalah, pencantuman waktu imsak pada jadwal imsakiah itu bukan suka-sukanya ulama hisab saja, baik ulama dulu maupun sekarang. Ada dalilnya untuk itu. Ada hadis yang menyiratkan bahwa Nabi Muhammad saw tidak lagi makan dan minum beberapa saat sebelum waktu Subuh tiba.

Saya tidak akan mengutip versi Arabnya dari hadis tersebut di sini. Bagi anak pesantren di Aceh silakan buka sendiri kitab Syarah Mahalli ‘Ala Minhaj (atau lebih populer dengan kitab Mahli), lihat kitab puasa, maka redaksi hadis tersebut ada di situ. Berikut saya kutip artinya saja yang saya terjemahkan secara merdeka:

“Zaid Bin Tsabit berkata, ‘Kami bersahur bersama Rasulullah saw kemudian kami mendirikan salat. Adapun lama antara sahur dan shalat tersebut adalah waktu yang dibutuhkan untuk membaca 50 ayat.’”

Lama waktu untuk membaca 50 ayat inilah yang kemudian dikonversikan menjadi besaran angka oleh ulama hisab menjadi 10 menit. Sehingga waktu imsak itu adalah waktu Subuh dikurang 10 menit. Jika waktu Subuhnya pukul 4.30 WIB, maka waktu imsaknya pukul 4.20 WIB, 10 menit sebelum waktu Subuh.

Pertama kelar. Mudah-mudahan paham. Kemudian yang kedua, ini juga tak kalah pentingnya, bahwa dalam hal beribadah di dunia modern seperti sekarang ini, memahami teks hadis tampa memahami konteks itu ada risikonya. Kita semua mengetahui bahwa memang ada dalil lain yang menyatakan bahwa imsak itu adalah waktu Subuh, bukan sepuluh menit sebelum Subuh.

Namun, kita harus sadar bahwa waktu Subuh yang kita pakai sekarang adalah hasil perhitungan ulama hisab, yang sudah disajikan dalam bentuk jadwal. Kita yang awam, tinggal lihat saja pukul berapa subuhnya, lihat jam, selesai. Tidak satupun dari kita yang keluar rumah atau masjid untuk melihat fajar di ufuk timur untuk mengetahui masuknya waktu Subuh seperti halnya di zaman Nabi.

Dengan demikian, kalau masih menggunakan jadwal salat atau imsakiah untuk sembahyang dan puasa, maka agar selamat, patuhilah seluruh jadwal yang ada pada tabel imsakiah tersebut, termasuk waktu imsaknya.

Kenapa demikian? Begini. Perlu diketahui bahwa, jadwal Salat baik jadwal harian maupun imsakiah itu sebenarnya adalah jadwal salat pada suatu titik di permukaan bumi. Titik ini dalam ilmu Falak dikenal dengan “markaz”. Untuk jadwal imsakiah Lhokseumawe dan sekitarnya, maka markaz yang diambil biasanya adalah Masjid Islamic Center Lhokseumawe.

Oleh karena itu, jadwal imsakiah tersebut sebenarnya hanya berlaku untuk lokasi Masjid Islamic Center saja. Namun, agar jadwal tersebut bisa digunakan dalam area yang luas, maka ditambahkanlah 2 menit pada setiap hasil hisab waktu salat agar jadwal imsakiah tersebut bisa digunakan dalam area radius 25 km dari markaznya. Tambahan 2 menit ini dalam ilmu Falak dikenal dengan “ikhtiyat”.

Jadi, jika kita melihat waktu Subuh di imsakiah misalnya 4.30 WIB, maka itu sudah termasuk 2 menit waktu tambahan untuk ikhtiyat. Penambahan ikhtiyat inilah yang mengakibatkan kita jangan sekali-kali mengambil waktu Subuh sebagai waktu imsak. Hal ini karena, jika kita berada di sebelah paling timur markaz, maka kita sudah makan dan minum 2 menit setelah awal waktu Subuh. Alhasil, puasa kita batal malah sebelum kita memulainya, karena daerah yang sebelah timur tentu lebih cepat masuk waktu Subuhnya tinimbang sebelah barat.

Bagi yang berada di sebelah paling barat markaz masih mendingan. Sekalipun mereka makan dan minum pada waktu Subuh di imsakiah tiba, mereka sebenarnya makan dan minum 2 menit sebelum Subuh. Tentu yang ini masih aman.

Oleh karena inilah, di setiap jadwal imsakiah ulama hisab selalu mencantumkan markaz hisab lengkap dengan koordinatnya. Yang pertama tujuannya agar bisa digunakan oleh masyarakat yang paham maksudnya dan pula agar mereka ulama hisab terlepas dari dosa atas kemungkinan salah penggunaan jadwal tersebut oleh masyarakat awam yang sok pintar.

Jika kita sebagai orang awam yang sulit memahami tetek bengek dunia per-Falak-an itu, maka amannya ikuti saja apa yang telah tertulis dalam jadwal imsakiah. Jangan berlagak lebih tahu daripada ulama-ulama hisab perkara waktu Salat.

Jika mereka bilang imsak jangan makan lagi, ya jangan makan lagi. Karena semenjak kita masih menggunakan jadwal Salat hasil hisab mereka, maka ikutilah semuanya. Jangan terkecoh dengan ustaz-ustaz yang tidak mengerti ilmu hisab. Serahkan sesuatu pada ahlinya. Mungkin bidang fikih silakan tanya ke dia, perkara imsakiah maka tanyakanlah ke ulama-ulama hisab.

No comments:

Post a Comment