Entah apa yang lucu yang keluar dari mulut saya, saya tak begitu tahu. Yang jelas, kalau kami bicara di video call, paling tidak istri saya tertawa sekali dalam semenit.
Tentu tak ada hal penting yang kami bahas. Pikiran saya juga sudah plong. Kuliah sudah selesai, tinggal tunggu ijazah. Tak ada lagi yang perlu saya keluhkan, kecuali pengin pulang secepatnya. Sehingga hal yang kami bicarakan benar-benar tak penting sama sekali selain hanya untuk mengendorkan urat saraf saja.
Namun, di akhir obrolan kami, saya kaget. Istri saya tiba-tiba begitu serius menanyakan sesuatu kepada saya, “Bi?”
“Ya?” Dengan takzim saya menunggu lanjutan pertanyaannya.
“Karap urou tujoeh blah, Bi, euh? – Sudah hampir tujuh-belasan, Bi, ya?”
“Iya, memangnya kenapa,” dengan santai saya balik bertanya, “mau nonton orang panjat pinang?”
Tidak dijawabnya pertanyaan iseng saya itu. Ia malah sibuk memikirkan sesuatu, “Eee, Bi, urou tujoh blah puw tanggai rhoet?– Emmm, Bi, tujuh-belasan jatuh pada tanggal berapa?”
“O, tujuh-belasan itu jatuhnya ya pada tanggal 17, Mi. Agustus” Saya menjawabnya dengan cukup serius seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi sebenarnya saya sedang berusaha mengulum tawa.
Istri saya tertawa. Tawa saya juga akhirnya pecah. Ia kemudian meralat, bilang bahwa yang ia maksudkan adalah hari, bukan tanggal. Saya terima ralat itu dengan tangan terbuka. Tapi, setelah itu tiba-tiba saya pengin koprol. Serius ini, enggak bohong.
__________
Hasyiah:
Di masyarakat Blangjruen, 17 Agustus dikenal dengan sebutan "perayaan", "urou tujoeh blah", atau hanya dengan sebutan "tujoeh blah" saja. Sebutan-sebutan ini sepadan dengan "pitulasan" di masyarakat Jawa.
Namun, di akhir obrolan kami, saya kaget. Istri saya tiba-tiba begitu serius menanyakan sesuatu kepada saya, “Bi?”
“Ya?” Dengan takzim saya menunggu lanjutan pertanyaannya.
“Karap urou tujoeh blah, Bi, euh? – Sudah hampir tujuh-belasan, Bi, ya?”
“Iya, memangnya kenapa,” dengan santai saya balik bertanya, “mau nonton orang panjat pinang?”
Tidak dijawabnya pertanyaan iseng saya itu. Ia malah sibuk memikirkan sesuatu, “Eee, Bi, urou tujoh blah puw tanggai rhoet?– Emmm, Bi, tujuh-belasan jatuh pada tanggal berapa?”
“O, tujuh-belasan itu jatuhnya ya pada tanggal 17, Mi. Agustus” Saya menjawabnya dengan cukup serius seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi sebenarnya saya sedang berusaha mengulum tawa.
Istri saya tertawa. Tawa saya juga akhirnya pecah. Ia kemudian meralat, bilang bahwa yang ia maksudkan adalah hari, bukan tanggal. Saya terima ralat itu dengan tangan terbuka. Tapi, setelah itu tiba-tiba saya pengin koprol. Serius ini, enggak bohong.
__________
Hasyiah:
Di masyarakat Blangjruen, 17 Agustus dikenal dengan sebutan "perayaan", "urou tujoeh blah", atau hanya dengan sebutan "tujoeh blah" saja. Sebutan-sebutan ini sepadan dengan "pitulasan" di masyarakat Jawa.
No comments:
Post a Comment